Rabu, 09 November 2022

Polisi WPOP & Polisi O2H

Ist.
Beritabatavia.com -

Seperti tak ada hentinya. Satu persatu perilaku buruk dan keboborokan oknum polisi terkuak.Pasca kasus Irjen Fedy Sambo yang menyeret sejumlah perwira tinggi berpangkat Brigadir Jenderal dan Pamen, muncul tragedi kemanusiaan ratusan korban jiwa di stadion Kanjuruhan,Malang Jawa Timur. Lalu mencuat peristiwa yang mengagetkan terkait keterlibatan Irjen Teddy Minahasa dalam kasus narkoba jenis sabu.Disusul kasus dugaan gratifikasi tambang ilegal yang menyeret nama Komjen Agus Andrianto. 

Tetapi sebelumnya juga tercatat ada Irjen Napoleon Bonaparte dan Brigjen Prasetyo terkait kasus penghapusan red-notice Djoko Tjandra.Jauh sebelumnya ada kasus simulator SIM yang melibatkan Irjen Djoko Susilo dan Brigjen Didik Purnomo.Kemudian kasus suap BNI yang menjerat Komjen Suyitno Landung dan Brigjen Samuel Ismoko dan kasus rekening Gayus.Lalu Komjen Susno Duaji yang terlibat kasus korupsi dana pengamanan Pilkada.Serta Kombes Wiliardi yang divonis bersalah karena terlibat dalam kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnain bos PT Putra Rajawali Bantaran.

Cerita miring tentang perilaku buruk oknum Polisi yang melibatkan level bawah hingga jenderal sudah berlangsung lama bahkan seperti terpelihara di korps baju coklat. Sebagian masyarakat menyimpan beragam pengalaman memilukan hingga melukai perasaan.Ada karena diperas,dianiaya dan dijalimi hingga korban tindakan  sewenang-wenang oknum Polisi.Kisah dan pengalaman buruk itu terpatri hingga menimbulkan antipati terhadap Polri.Bahkan pameo'lapor polisi kambing hilang,malah sapi ikut hilang' serta pengalaman pahit lainnya menjadi api kekesalan yang belum padam.

Sejatinya, perilaku buruk oknum Polisi yang menggerus citra dan trust publik jeblok telah diprediksi dan mendapat warning dari Chrysnanda Dwi Laksana. Perwira tinggi Polri berpangkat Brigjen penyandang gelar Profesor itu menulis dalam bukunya bahwa polisi adalah kumpulan orang-orang baik yang terpanggil jiwanya untuk menjaga kehidupan.Menjadi Polisi bukan sekadar bekerja dan mencari nafkah.Setiap polisi yang terlahir dan dibentuk oleh lembaga kepolisian wajib menjalankan tugasnya dan kehadirannya sebagai polisi rakyat. 

Polisi sebagai aparat negara berperan memelihara keamanan dan ketertiban yang juga siap melayani, melindungi dan mengayomi masyarakat. Polisi yang memiliki mindset dan culture ingin menjadi polisi cerdas.Senantiasa mengasah kemampuan untuk mencari solusi dan berbagai terobosan baru dalam upaya antisipasi dan penanganan,setiap masalah yang akan maupun yang sedang dialami masyarakat.Polisi yang excellent karena hebat dan mampu mengangkat harkat dan martabat manusia lantaran kehadirannya memberi rasa aman bagi masyarakat.

Sayangnya, sekarang banyak nilai kepolisian yang tercabik-cabik dari tatanan dasarnya.Segelintir polisi telah dirasuki perilaku yang berorientasi duniawai,hedonisme yang menjadikan pangkat dan jabatan sebagai simbol wewenang kekuasaan.Polisi pencari pendapatan tetapi tak mampu memberi pendapat, polisi yang banyak tentengan tetapi tak mampu mengatasi tantangan.Polisi yang berupaya mencari tempat basah tanpa peduli warganya yang basah karena air mata. Bahkan memiliki semboyan 'Wani Piro Oleh Piro' (WPOP)

Sehingga kehadiran polisi WPOP menimbulkan rasa takut dan meresahkan masyarakat terutama kaum marjinal yang rentan.Polisi dengan semangat WPOP tidak lagi peka dan peduli terhadap kemanusiaan. Gaya polisi WPOP pun bagai model feodal dan  konvensional yang tidak layak menjadi ikon positif.Polisi WPOP justru dijadikan bahan plesetan, anekdot dan kritikan yang menimbulkan kerugian sosial yang harus dibayar sangat mahal. 

Polisi WPOP juga kerap menggunakan trik dan intrik menghembuskan isu kebencian,fitnah serta saling sikut dan curiga antar sesama anggota Polisi. Senang mengumbar aib atau kesalahan sesama hanya untuk kepentingan pribadi atau   kelompok.Semangat kebersamaan dan solidaritas serta saling menghormati antara junior dengan senior semakin menipis. Semboyan WPOP potensi menggiring Polri ke kondisi yang semakin sulit karena kehilangan kepercayaan dari masyarakat 

Bukan tidak bisa,namun memerlukan waktu.Memperbaiki citra buruk polisi dapat dimulai dari kesadaran akan keberadaannya sebagai aparat yang mengemban amanah dan kepercayaan dari rakyat.Perbaikan citra akan membuat kemampuan kerjanya menjadi profesional yang dapat dibangun dari kepemimpinan,administrasi, operasional serta capacity building nya.

Saatnya membutuhkan revolusi mental agar Polisi menjadi ikon kemanusiaan yang lemah lembut,rendah hati,serta berkemampuan menjadi jembatan dan mitra serta sahabat yang aman, menyenangkan dan membawa manfaat. Polisi menjadi ikon penjaga kehidupan, pembangun peradapan dan pejuang kemanusiaan.Polisi yang menggunakan Otak,Otot dan Hati Nurani (O2H) untuk menggerakan indra menjadi proaktif dan problem solving yang mengutamakan pencegahan dan pembangunan kesadaran hukum masyarakatnya. Polisi yang tidak ke mana-mana tetapi ada di mana-mana. 0 Edison Siahaan