Minggu, 29 November 2015 10:19:52
Janjimu Bukan Kegaduhan
Janjimu Bukan Kegaduhan
Beritabatavia.com - Berita tentang Janjimu Bukan Kegaduhan
Memasuki musim hujan seperti saat ini, mengingatkan masyarakat sebuah negeri tentang rentetan peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu. Peristiwa ...
Ist.
Beritabatavia.com -
Memasuki musim hujan seperti saat ini, mengingatkan masyarakat sebuah negeri tentang rentetan peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu. Peristiwa tersebut berupa janji yang dinyatakan oleh sang pembicara yang kemudian kini menjadi pemimpin mereka. Pernyataan itu terekam dan tersimpan baik di benak semua masyarakat baik itu yang berada di wilayah maupun Ibukota negeri tersebut. Sebab mereka yakin janji sang calon pemimpin akan terealisasi.
Tidak terlalu sulit untuk mengatasi permasalahan kemacetan dan banjir di Ibukota negeri ini, kata seorang calon pemimipin saat kampanye untuk merebut jabatan sebagai kepala daerah, ketika itu. Kemeja kotak-kotak dan salam dua jari menjadi ciri khasnya ditambah dengan penampilan yang terkesan lugu, tulus serta dekat dengan warganya, menarik perhatian sekaligus menjadi modal untuk meraih kursi kepala daerah di ibukota.
Akhirnya, jabatan empuk kepala daerah di ibukota pun berhasil diraih untuk masa jabatan lima tahun. Diawal tugasnya, sang gubernur selalu menyatakan tidak akan ada penggusuran yang ada hanya penataan agar semuanya tertata dengan baik. Sontak janji dan pernyataan itu menuai dukungan penuh warga ibukota dengan harapan sang gubernur segera mewujudkan janji-janji manis yang pernah dilontarkan.
Sambutan hangat penuh senyum pengharapan dari warga terus bergelora. Disusul dengan gaya blusukan sang gubernur ke setiap sudut ibukota, membuat warga kian sumringah sehingga gubernur menuai pujian dan sanjungan dari masyarakat.
Seiring dengan perjalanan waktu, sang gubernur terus asyik dengan gaya blusukan, sementara wakilnya duduk hening dibalik meja. Sayangnya, hingga memasuki tahun kedua masa jabatan, sang gubernur belum menunjukkan tanda-tanda untuk memenuhi janjinya. Sejumlah alasan baik teknis maupun non teknis termasuk kebijakan menjadi argumentasi yang apik dijadikan sebagai kendala.
Asyiknya lagi, saat memasuki tahun kedua masa jabatan, sang gubernur malah melirik jabatan yang lebih tinggi yaitu sebagai pemimpin nomor satu di negerinya. Meskipun awalnya, sang gubernur dengan ‘malu-malu kucing’ menepis dan mengatakan dirinya tidak layak menduduki jabatan presiden sekaligus kepala negara. Tetapi, disaat pesta rakyat untuk memilih calon presiden mulai digelar, sang gubernur mengatakan, kemacetan dan masalah banjir di ibukota akan lebih mudah diatasi apabila dirinya jadi presiden.
Ekspektasi masyarakat yang begitu tinggi akan memiliki ibukota yang bebas dari banjir dan kemacetan, kembali tersihir dengan janji keinginan warga itu akan lebih cepat terwujud jika gubernurnya menjadi presiden. Hipnotis membuat warga lelap dan tak kunjung siuman hingga pesta demokrasi pemilihan presiden berlangsung.
Hingga akhirnya sebagian besar masyarakat yang belum siuman memberikan dukungan kepada gubernur untuk menjadi presiden. Kini sang mantan gubernur sudah memasuki tahun kedua menjabat sebagai presiden dan kepala negara.
Harapan warga ibukota untuk memiliki kota yang bebas banjir dan kemacetan pelan-pelan sirna. Disusul dengan aksi ala koboy sang gubernur yang sebelumnya sebagai wakil. Aksi penggusuran marak, pedagang kaki lima gusar, kemacetan kian menggila, banjir tetap menjadi ancaman yang mencemaskan. Ibukota hanya disesaki dengan ucapan-ucapan kasar dari sang gubernur disusul dengan aksi pemecatan dan pencopotan para pejabat di pemerintahannya. Gaduh seakan menjadi hoby sang gubernur, membuat warga semakin tidak nyaman.
Situasi ibukota tidak berbeda jauh dengan kondisi negeri secara nasional. Sang presiden mungkin sudah melupakan janji untuk menyelesaikan ibukota dari masalah kemacetan dan ancaman banjir. Semua janji yang pernah diucapkannya senyap. Kecuali kegaduhan, menetapkan pimpinan polisi gaduh, asap yang menyesakkan gaduh, soal pelabuhan gaduh, pemberantasan korupsi gaduh, pimpinan legislatif gaduh, nyaris dari semua unsur pemerintahan timbul kegaduhan.
Sang presiden seperti kehilangan arah dan konsep dalam melaksanakan pemerintahannya. Semua tampak berjalan sendiri-sendiri, seperti negeri itu miliknya sendiri. Apakah presiden kelak akan ditinggalkan sendirian ?. O Edison Siahaan