Beritabatavia.com -
Kemeriahan sebuah pesta dapat mempengaruhi suasana hati dan perasaan seseorang. Tetapi ditengah kemeriahan pesta, tentu sulit menemukan perilaku aneh apalagi mendengar ucapan-ucapan yang tidak patut. Karena pesta adalah cara untuk berbagi kebahagiaan bersama seluruh undangan meskipun memiliki latar belakang dan status sosial yang beragam.
Sayangnya, pesta rakyat yang akan digelar pada April 2019 mendatang telah disemarakkan dengan perilaku dan ucapan-ucapan aneh yang merendahkan martabat manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Sebelum memasuki masa kampanye, ruang publik sudah dicemari dengan ucapan-ucapan memalukan. Sebutan Cebong untuk kelompok masyarakat pendukung Capres A dan Kampret bagi kelompok pendukung Capres B sudah beredar luas di ruang publik. Anehnya, tidak ada pihak yang ingin meluruskan,justru sebutan Kampret dan Cebong semakin meluas.
Lalu memasuki bulan kedua masa kampanye, publik disuguhi ucapan politik sontoloyo, tampang boyolali dan gondoruwo dan paling anyer politik tuyul dan babi ngepet. Ucapan-ucapan bernilai minus tersebut telah mencemari ruang politik publik. Ironisnya, ucapan dan pernyataan yang tidak selaras dan sebangun dengan budaya Indonesia dilontarkan oleh para tokoh politisi bahkan oleh pejabat di level tertinggi negeri ini.
Memanasnya suhu politik menjelang pelaksanaan pesta demokrasi yang tinggal beberapa waktu lagi, sebuah kewajaran dan bentuk kemeriahan menyambut pesta rakyat. Tetapi, sangat tidak wajar bahkan tidak patut,apabila ruang politik dicemari dengan kalimat-kalimat yang justru tidak diduga oleh masyarakat awam.
Ruang politik semakin riuh dan gaduh, karena ucapan-ucapan itu dipertengkarkan oleh mereka sendiri. Semakin lucu, ketika pernyataan beraroma canda juga dipersoalkan hingga diseret ke ranah hukum.
Publik paham sejumlah istilah dalam dunia politik yang biasa disebut dengan politik itu kotor. Atau dalam politik tidak ada kawan yang abadi kecuali kepentingan yang abadi. Tetapi para politisi dan tokoh-tokoh politik jangan lagi menimbulkan kegaduhan dengan ucapan dan pernyataan yang tidak bermutu. Bahkan tanpa rasa malu apalagi bersalah sudah menuai kagaduhan dan mengganggu kenyamanan serta kedamaian masyarakat.
Seyogianya, pesta demokrasi yang akan digelar pada April 2019 hendaknya dimeriahkan dengan pertengkaran gagasan dan ide maupun pemikiran cemerlang yang berorientasi pada kepentingan bangsa dan negara. Kata-kata yang dirangkai menjadi kalimat untuk diucapkan harus menjadi edukasi yang mencerdaskan bagi seluruh anak bangsa. Bukan menjadi kalimat yang tak patut diucapkan sehingga menuai pro kontra bahkan kegaduhan.
Pesta rakyat pada April 2019 mendatang harus mencerminkan adanya harapan kebahagiaan untuk seluruh bangsa Indonesia. Pesta rakyat hendaknya menggunakan bahasa politik yang dapat memeriahkan suasana dengan penuh keyakinan akan terwujudnya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pesta rakyat juga dapat meyakinkan bangsa Indonesia akan meningkatkan kecerdasan rakyatnya. Sehingga negara Indonesia akan berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa yang ada di muka bumi ini.
Kemeriahan pesta rakyat akan memberikan harapan dan keyakinan bagi masyarakat. Apabila pesan,ucapan dan rangkaian kalimat yang disampaikan, beraroma kesejukan, kedamaian, kehangatan yang menyegarkan. Serta menjadi renungan dan motivasi bagi seluruh rakyat untuk menjadi lebih cerdas. O Edison Siahaan