Sabtu, 07 September 2019 09:25:38
Premanisme Marak, Pedagang Tanah Abang Sambat
Premanisme Marak, Pedagang Tanah Abang Sambat
Beritabatavia.com - Berita tentang Premanisme Marak, Pedagang Tanah Abang Sambat
PEDAGANG di Pasar Tanah Abang mengeluhkan, sambat perihal premanisme yang menurut mereka seolah telah membudaya di kalangan masyarakat Tanah Abang. ...
Ist.
Beritabatavia.com -
PEDAGANG di Pasar Tanah Abang mengeluhkan, sambat perihal premanisme yang menurut mereka seolah telah membudaya di kalangan masyarakat Tanah Abang. Malah kini semakin merajalela. Aksi mereka tak terbendung dan disayangkan petugas keamanan tak berkutik. Dan hanya ada kejadian lantas viral di media sosial baru ada penindakan.
Salah satu pedagang baju, sebut saja Melati menilai dirinya seolah tak pernah melihat kegiatan premanisme di Tanah Abang berhenti dari dulu hingga kini. Malah mengatakan saking seolah membudayanya, kegiatan premanisme pun lalu dinilai sebagai hal biasa bagi warga ataupun pedagang yang setiap harinya berada di Tanah Abang
Yah kalo preman mah udah (menjadi hal) biasa, apalagi buat pedagang sama warga yang tiap hari di sini. Udah pada tahulah (premanisme), udah ada dari dulu juga sih, lontarnya di lapaknya, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Dilanjutkan, para preman tersebut biasanya akan menagih uang dengan bermacam dalih seperti keamanan ataupun kebersihan. Ya dari dulu udah ada, kayak kerjaan aja. Kalau pedagang sama warga mah kan enggak mau ada masalah, jadi kasih-kasih aja sih, enggak ada yang protes. Ada aja mas alasannya, biasanya ke pedagang keamananlah, kebersihan, iuran apalah, apa aja, ungkapnya serius.
Diakui, iuran keamanan dari preman tersebut datang secara tak menentu. Menurutnya, para preman melakukan pemalakan tersebut saat mereka butuh uang.
Enggak menentu mintanya, kadang bisa seminggu dua kali, kadang berbulan-bulan enggak ada. Pas lagi butuh duit aja paling mereka (memalak), ujarnya.
Saat ini, jumlah preman jauh berkurang dibandingkan saat ia pertama kali berjualan di Tanah Abang. Kalau jumlah, kurang. Jauh. Cuma ya masih ada, mungkin banyak dijebloskan ke penjara sehingga di lapangan berkurang, namun begitu keluar tahanan. Mereka masih tetap beroperasi. Seolah tak pernah jera, ujarnya.
Selain Melati, pedagang kue di Pasar Tanah Abang sebut saja Satria juga melontarkan pendapat serupa. Udah biasa mas disini, udah jadi budaya, katanya.
Meskipun begitu, lanjut dia, cara meminta uang yang dilakukan preman tersebut tak sama. Ia pun menyinggung video viral yang merekam preman meminta uang kepada pengemudi kendaraan yang melintas. Beda-beda mas kalo yang di video Itu kan masih pada kecil-kecil mungkin ya, jadi mereka (preman-preman) masih amatir, (memalak) terang-terangan, tandasnya.
Bahkan, ada pula terdapat preman yang memalak korbannya secara sopan, sehingga tidak mencuri perhatian umum. Untuk soal tersebut, diamembagikan kisah pengalamannya. Kalau yang sopan mereka dateng seringnya make baju rapih, gak kayak preman deh. Biasanya langsung ke toko pedagang. Biasanya siang atau sore pas ramai. Terus mereka nyapa trus nagih, sore mas, maaf nih kita mau ambil iuran nih, katanya.
Selama ini, kegiatan premanisme di Tanah Abang sulit untuk dihilangkan. Susah sih mau dijaga kayak gimana juga, kadang ga kelihatan juga sih. Kadang (penampilan) kayak pengemis, kadang rapih, harus ubah pola pikirnya mereka kalau mau hilangin, tuturnya.
Pedagang lain, sebetulnya aksi premanisme di Tanah Abang ini terorganisasi. Ia berpendapat demikan karena melihat beberapa preman terkesan sudah saling mengenal dan menyusun waktu dan tempat mereka memalak. Kayaknya sih kalau menurut saya udah terorganisir lah itu, jadi ada yang atur siapa malak siapa, kapan, dimana, bergantian aja, papar Kris, bukan nama sebenarnya.
Dilanjutkan, dugaan itu muncul karena preman tak memilih pedagang ataupun warga secara spesifik, dan tidak memiliki pola tetap, namun mereka tidak pernah berbenturan memalak. Nominal pemalakan dari para preman itu kepada pedagang sekisar 20 hingga 100 ribu rupiah. Beda-beda sih mas. Saya juga kan orang sini, kadang mereka (preman) itu datang dari luar (Tanah Abang). Kadang bisa 20 ribu, kadang 50 ribu, gak banyak sih, paling gede 100 ribu, tapi jarang, ujarnya.
Sebelumnya, Polsek Tanah Abang telah mengamankan enam orang dan menetapkan empat di antaranya sebagai tersangka pemerasan terhadap sopir angkutan barang maupun mobil pribadi pengunjung Tanah Abang. Aksi ini dilakukan sejak lama dan baru saat ini kena batunya karena aksinya diviralkan di media sosial. Keempat tersangka itu berinisial T, MIA, MNH, dan S. Mereka dijerat Pasal 368 KUHP tentang pemerasan. 0 CIO