Beritabatavia.com -
Budaya dan tradisi serta falsapah kehidupan yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, seperti tepo seliro, dalihan natolu, telah menumbuhkan saling pengertian. Itulah yang membuat warga tetap setia dan riang dalam berbangsa dan bernegara di bawah dasar ideologi Pancasila.
Hidup damai dalam kebhinekaan di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bukan pula disatukan oleh bangunan pencakar langit atau infrastruktur seperti jalan tol maupun kemajuan teknologi. Tetapi, bangsa Indonesia diikat oleh pikiran yang menjadi jembatan untuk melahirkan saling pengertian. Itupulalah yang membuat keberagaman bangsa ini dapat bergeliat dan tetap kokoh dalam bingkai NKRI.
Bahkan, jauh sebelum kemerdekaan, budaya saling pengertian sudah mengalir dalam fikiran para pemuda dan pemudi Indonesia. Hingga kemudian sepakat membangun derap langkah yang sama tanpa melihat perbedaan suku , Agama, ras dan golongan. Keragaman dikemas dalam satu kesepakatan untuk bertanah, berbangsa dan berbahasa yang sama yaitu Indonesia.
Begitu juga semangat para pejuang kemerdekaan, dikobarkan atas dasar kesamaan pandangan dan tujuan perlunya kemerdekaan bangsa. Bersama ingin bebas dari penjajahan dan membentuk sebuah bangsa yang merdeka. Serta kesepakatan hidup damai dalam keragaman dalam sebuah bangsa yang ber adab, bukan hanya sekadar ber adat.
Hebatnya, ditengah perbedaan yang sangat mendasar pun, para pejuang dapat memelihara sikap saling pengertian. Para pejuang tetap menyandang identitas diri sebagai perbedaan, tetapi mereka mampu melahirkan sebuah kesepakatan untuk menetapkan Pancasila sebagai dasar dan sumber segala bentuk cara dan tata kehidupan bangsa dan negara yang dituangkan dalam konstitusi.
Para pejuang memastikan, Bhineka Tunggal Ika menjadi garansi bagi setiap warga NKRI, agar tidak lagi mempersoalkan perbedaan kulit hitam, kulit putih, mata sipit, rambut keriting maupun perbedaan keyakinan. Tetapi membuat keragaman menjadi nilai plus sekaligus keunggulan dari negara-negara yang ada di muka bumi ini.
Bahkan, para pejuang sudah jauh berfikir, bahwa perbedaan adalah potret kehidupan sekaligus menjadi hamparan persoalan dan berbagai fenomena yang terus bergerak dan berkembang di NKRI. Maka, para pejuang mengamanatkan dalam konstitusi tentang pembentukan sebuah pemerintahan sebagai solusi untuk bisa menjawab semua permasalahan yang ada. Pemerintahan negara yang merdeka wajib melindungi dan mencerdaskan bangsanya. Serta menjamin, setiap warga negara aman menggunakan kecerdasannya melakukan aktivitas untuk meningkatkan kesejahteraannya. Kemudian dapat ikut membangun ketertiban dan memelihara kedamaian dunia.
Pemerintah dan kita tidak boleh alpa. Keberagaman adalah Indonesia dan sebaliknya Indonesia adalah Bhineka Tunggal Ika. Pemerintah wajib melaksanakan tugas dan fungsinya. Mewujudkan kesejahteraan dan kecerdasan sebagai tiket untuk terciptanya kedamaian.
Kita wajib memahami, kedamaian hanya milik orang atau kelompok maupun bangsa yang menggunakan kecerdasan untuk memperoleh kesejahteraan. Sementara pemerintah harus secara adil mendistribusikan keadilan, sehingga tidak hanya menjadi komsumsi perorangan atau kelompok tertentu.
Mencerdaskan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat, bukan hanya sekedar kewajiban apalagi hak negara atau pemerintah, tetapi tugas yang harus dilaksanakan. Pemerintahan negara yang merdeka wajib melindungi dan mencerdaskan bangsanya. Menghadirkan kecerdasan dan kesejahteraan adalah membangun benteng kokoh untuk menolak penyebaran sikap atau paham intoleran, radikal hingga terorisme.
Pemerintah harus merawat kecerdasan dan kesejahteraan serta jalan pikiran agar dapat menumbuhkan saling pengertian dalam keragaman. Sehingga Bhineka Tunggal Ika yang menjadi potret bangsa Indonesia, terus hidup dan tumbuh berkembang serta tetap setia dan riang dengan dasar ideologi Pancasila. O Edison Siahaan