Beritabatavia.com -
Alat deteksi covid-19 buatan Universitas Gajah Mada (UGM) sebelumnya bernama E-Nose dan sekarang menjadi alat yang disebut GeNose sejak 2008 hanya untuk menguji kehalalan dan kualitas makan dan minuman. Kemudian sejak 2016 melakukan kolaborasi dengan fakultas kedokteran dan rumah sakit untuk memulai aplikasi ke bidang medis. Saat virus covid-19 melanda Indonesia, ketua tim GeNose Prof Kuwat Triyana menawarkan e-nose untuk digunakan. Sayangnya sampai akhir April 2020 belum ada pihak manapun yang merespon.
Barulah akhir April ada kolega dokter yang meminjam e-Nose untuk dipakai di ruang isolasi covid-19. Setelah dilakukan sedikit pengembangan, GeNose dapat digunakan untuk mendeteksi virus covid-19 atau dapat membedakan orang yang positif covid-19 di ruang isolasi dengan orang yang tidak terpapar. Prof Kuwat Triyana mengisahkan GeNose C-19 hingga seperti saat ini dengan tidak memasang target apapun.
Ketua Tim GeNose C-19, Prof Kuwat Triyana menerangkan, cara kerja GeNose adalah mendeteksi senyawa organik bernama Volatile Organic Compound (VOC) hasil proses metabolik virus covid-19 di dalam tubuh melalui hembusan nafas.
"Kalau yang memiliki covid-19, reaksi metabolik yang dihasilkan akan berbeda dengan patogen lain. Jadi, kalau yang mengandung Covid-19, langsung bisa terdeteksi," katanya seperti dikutip dari detik.
Pengujian GeNose, lanjut Kuwat, sudah dilakukan berkali-kali dengan ribuan orang yang berbeda. Setelah pengujian itu, otak mesin tersebut telah dikunci untuk mendeteksi senyawa yang berbahaya khususnya covid-19.
"Tingkat akurasi mesin ini bisa mencapai 97 persen. Untuk pengujiannya, hanya membutuhkan waktu maksimal tiga menit," tegasnya. Saat ini GeNose baru 100 unit yang sudah selesai diproduksi. Setelah pemerintah mengeluarkan izin edar , GeNose akan diproduksi lebih banyak, tambahnya.
Bahkan Januari ini akan diproduksi 5000 -10.000 unit kemungkinan akan terus meningkat karena sudah banyak pemesan.
"Pemesanan sudah banyak, termasuk dari Jawa Tengah yang kami yakin dapat terpenuhi. Untuk penjualan kami prioritaskan untuk pemerintah dahulu, termasuk perusahaan yang bergerak di pelayanan publik seperti PT KAI yang juga sudah memesan," pungkasnya.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat berkunjung ke lokasi produksi GeNose di Science Techno Park (STP) Universitas Gadjah Mada (UGM), Kalasan, Kabupaten Sleman, memesan 100 unit alat GeNose C-19 buatan UGM itu.
"Ternyata ini baru 10 hari berproduksi karena izin edar baru keluar. Saya ke sini untuk melihat seperti apa kondisinya, sekaligus saya ngetes sendiri tadi bagaimana cara kerjanya. Saya mau pesan 100 tapi baru ada 32 unit," kata Gubernur Ganjar Pranowo.
Gubernur Ganjar mengakui GeNose C-19 sangat efektif untuk meningkatkan upaya tracing covid-19. Cara kerjanya sangat simpel dan waktu yang dibutuhkan sangat cepat, yakni maksimal tiga menit.
"Hanya dengan niup napas kita, kemudian diukur dengan alat ini, tiga menit sudah keluar hasilnya apakah positif atau negatif. Ini waktu yang sangat cepat, dibanding dengan tes lain misalnya PCR. Jadi nantinya laboratorium tidak pusing lagi, masyarakat juga tidak sakit lagi karena harus diswab, cukup nyebul saja sudah keluar hasilnya," jelasnya. Gubernur Ganjar memastikan, kalau alat yang dipesan sudah dikirim Pemprov Jateng akan langsung menggunakannya.
Disebutkan, harga GeNose C-19 jauh lebih murah dari alat tes covid-18 lainnya. Dengan harga Rp62 juta per unit sudah dapat digunakan untuk mengetes 100.000 orang.
"Kalau kita bicara politik kesehatan, maka ini sangat murah karena bisa mengcover banyak orang. Kalaupun masyarakat harus bayar sendiri untuk tes ini, kisarannya kantongnya Rp15.000 dan biaya tambahan lainnya total hanya Rp 25.000, maka sangat terjangkau. Tapi kalau dibiayai negara, ini jauh lebih murah. Bandingkan dengan PCR tes yang harganya bisa Rp 900.000 per tes," urainya.
0 son