Beritabatavia.com -
Setahun dilanda pandemi Covid-19 memicu hampir seluruh aktivitas sosial terkendala disusul roda perekonomian yang terus merosot. Ketidakpastian kapan pandemi akan berakhir membuat masyarakat semakin khawatir dan stres. Tetapi seluruh elemen bangsa terus berupaya bahu membahu melakukan penanganan dan bergerak bersama untuk mewujudkan kolaborasi pentahelix. Kolaborasi ini mulai dari pemerintah, swasta, relawan, serta tenaga kesehatan di puskesmas, dinas kesehatan, laboratorium dan rumah sakit tingkat daerah dan pusat. Sehingga penanganan pandemi selama setahun menghasilkan perkembangan grafik penanganan pandemi Covid-19 berangsur membaik.
"Kami apresiasi setiap pihak baik dari pemerintah dan elemen masyarakat, yang bergerak bersama mewujudkan kolaborasi pentahelix dalam penanganan Covid-19 di Indonesia," kata juru bicara Satgas Penanganan Covid-19,Prof Wiku Adisasmito, kemarin.
Pada masa awal pandemi grafik perkembangannya terlihat pada kasus positif terus menanjak, sempat melandai dan kembali meningkat tajam. Dalam kenaikan kasus ini, trennya bervariasi tiap bulannya. Seperti pada grafik 4 bulan pertama pandemi, ada kenaikan tajam hingga mencapai 70 - 90 persen. Bahkan, kasus kematian awalnya sulit dicegah.
"Masa-masa ini adalah masa dimana Indonesia dihadapkan pada pandemi yang terjadi secara tiba-tiba, dan pemerintah tengah berupaya melakukan percepatan penangananan semaksimal mungkin, salah satunya menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)," tegas Prof Wiku.
Dijelaskan, masa libur panjang berdampak pada peningkatan kasus positif secara tajam. Datanya pada September 2020 dengan kenaikan sebesar 42,3 persen atau 45.895 kasus. Hal ini kontribusi dari libur panjang pada periode 15 - 17 dan 20 - 23 Agustus 2020. Namun pada bulan selanjutnya, grafiknya cenderung melandai, yakni pada September - Oktober dan November 2020, meskipun kasus masih bertambah.
Selanjutnya perkembangan grafik kembali naik tajam pada Desember 2020 hingga Januari 2021, hingga mencapai 190.191 kasus atau meningkat lebih dari 100 persen dibandingkan bulan Oktober 2020. Peningkatan tajam ini karena dampak dari adanya periode libur panjang Natal dan Tahun Baru 2021.
"Tentunya, dengan melihat tren kasus akibat dampak dari masa libur panjang, kita harus merefleksikan dan belajar dari pengalaman penanganan pandemi dalam 10 bulan terakhir agar tidak terulang di kemudian hari," harap Wiku.
Masa libur panjang juga berdampak pada meningkatnya pasien yang meninggal. Mebandingkan data pada bulan-bulan tanpa libur panjang, jumlah kematian adalah 50 - 900 kasus. Sebaliknya, bulan-bulan dengan libur panjang, kematian meningkat tajam menjadi 1000 - 2000 kasus.
"Bayangkan dalam 1 bulan kita bisa kehilangan lebih dari 1000 nyawa, hanya karena memilih untuk melakukan perjalanan dan berlibur," Prof Wiku menyesalkan.
Untuk itu, Prof Wiku mengingatkan 1 tahun terjadinya pandemi di Indonesia, hendaknya menjadi pelajaran berharga untuk semua elemen bangsa baik pemerintah maupun masyarakat untuk belajar membuat keputusan yang lebih bijaksana, sehingga tidak membahayakan keselamatan jiwa sendiri maupun orang lain.
O son