Beritabatavia.com -
APARAT penegak hukum Iran dilaporkan menangkap 30 tentara yang diduga terlibat dalam insiden salah tembak. Insiden itu menyebabkan pesawat Boeing 737 maskapai Ukraine International Airlines nomor penerbangan PS752 yang membawa 176 orang jatuh di pinggiran Teheran, pada 8 Januari lalu.
Pengumuman itu disampaikan di tengah aksi unjuk rasa di negara itu sebagai protes atas perbuatan militer di tengah ketegangan dengan Amerika Serikat. "Penyelidikan menyeluruh tengah dilakukan dan sejumlah orang sudah ditangkap terkait proses tersebut," kata juru bicara aparat penegak hukum Iran, Gholamhossein Esmaili, seperti dilansir Associated Press, Selasa (14/1).
Militer Iran baru mengakui salah sasaran tiga hari setelah kejadian. Bahkan, dilaporkan sempat ada upaya untuk menutupi kejadian tersebut.
Presiden Iran, Hassan Rouhani, mengklaim insiden tersebut terjadi karena faktor kesalahan manusia. Dia juga menjanjikan akan menyeret seluruh pelaku ke pengadilan. "Penegak hukum harus membentuk pengadilan khusus terdiri dari sejumlah hakim dan pakar. Ini bukan kasus biasa. Seluruh dunia akan menyoroti perkara ini," kata Rouhani.
Rouhani mengatakan insiden tersebut sangat menyakitkan dan sulit dimaafkan. Dia juga menyatakan seluruh pihak yang terlibat harus bertanggung jawab. "Tanggung jawab itu dipikul bukan hanya satu orang. Yang lainnya juga. Dan saya mau persoalan ini diselesaikan dengan jujur," kata Rouhani.
Meski begitu, Rouhani memuji sikap militer Iran yang mau mengakui kesalahannya. Pesawat nahas itu singgah di Iran dan hendak melanjutkan penerbangan ke Kiev, Ukraina. Pesawat itu mengangkut 167 penumpang dan sembilan awak. Para penumpang terdiri dari 82 warga Iran, 57 warga Kanada juga memiliki kewarganegaraan Iran, dan 11 warga Ukraina.
Insiden itu terjadi ketika Iran tengah meluncurkan rudal untuk menggempur dua markas pasukan AS di Irak. Hal itu dilakukan sebagai balasan atas serangan udara AS di Bandara Baghdad, Irak, yang menewaskan seorang jenderal Iran, Qasem Soleimani.
Komandan Kesatuan Angkasa Korps Garda Revolusi Iran, Jenderal Amir Ali Hajizadeh, menyatakan bertanggung jawab penuh terkait insiden tersebut. Dia bahkan sempat berujar ingin mati ketika mendengar peristiwa salah tembak itu. 0 RAN