Sabtu, 01 Februari 2025 09:05:36

Ratusan pengunjung TMII berkaraoke lagu Janger versi Alam Dewata

Ratusan pengunjung TMII berkaraoke lagu Janger versi Alam Dewata

Beritabatavia.com - Berita tentang Ratusan pengunjung TMII berkaraoke lagu Janger versi Alam Dewata

Jakarta - Sabtu sore (25/1), hari pertama libur panjang menyambut Hari Raya Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW, menyambut Hari ...

Ratusan pengunjung TMII berkaraoke lagu Janger versi Alam Dewata Ist.
Beritabatavia.com - Jakarta - Sabtu sore (25/1), hari pertama libur panjang menyambut Hari Raya Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW, menyambut Hari Raya Siwa Ratri bagi umat Hindu, serta menyambut Perayaan Tahun Baru Imlek 2576, TMII (Taman Mini Indonesia Indah), Anjungan Bali dan Banhub (Badan Penghubung) Pemerintah Provinsi Bali mempersembahkan Tari Kecak “Subali Antaka” atau "Gugurnya Subali". Ratusan teman jelajah (sebutan untuk pengunjung TMII) memadati lokasi pertunjukan berbentuk lingkaran di Jawa Dwipa Amphitheater, Danau Archipelago, Anjungan Jawa Barat. 

Tari Kecak Subali Antaka dipentaskan oleh kurang lebih 40 orang yang berasal dari Diklat (Pendidikan dan Pelatihan) Tari Bali Dwipa Anjungan Bali TMII dibawah asuhan guru tari Anak Agung Rai Susila Panji, S.Sn., M.Si. yang juga berperan sebagai sutradara pertunjukan, narator dan sekaligus berperan sebagai Sugriwa. 

Subali Antaka, mengisahkan tentang Sugriwa yang baru diangkat menjadi Raja Kiskenda, sedang bercengkrama dengan Dewi Tara, kemudian dikejutkan dengan kehadiran Subali yang semula dikira tewas dalam perkelahian melawan raksasa Mahesa Sura. Dengan bantuan Sri Rama, akhirnya Subali yang sombong dapat dikalahkan. 

Tepat pukul 5 sore, sebelum dimulainya Tari Kecak, penonton disuguhkan dengan Tari Penyambutan Sekar Jagat. Tarian yang dibawakan oleh beberapa penari perempuan ini diciptakan dalam rangka pembukaan Pameran Wastra (kain tradisional) Bali di Jakarta pada tahun 1993. Tarian ini terinspirasi dari tarian Rejang di Karangasem. Koreografer sekaligus penata busana tari ini adalah Dr. N.L.N. Swasthi Widjaja Bandem, S.S.T., M.Hum. yang bekerja sama dengan komposer I Nyoman Windha, S.S.Kar., M.A. Tarian ini terdiri dari dua suku kata, yakni Sekar yang berarti bunga, dan Jagat yang artinya alam semesta atau dunia. Jadi, tarian ini menggambarkan kedamaian alam semesta dan suasana harum/wangi semerbak bunga-bunga.

Kemudian dilanjutkan dengan pengenalan lagu daerah Bali, yakni Janger karya I Gede Dharna, yang diciptakan bersamaan tari Janger pada tahun 1920-an di Bali Utara. Catatan sejarah versi lain menyebutkan tari Janger diperkirakan muncul sebelum tahun 1933, ada pula pendapat lain yang mengatakan bahwa tari Janger muncul pada tahun 1906 di Banjar Kedaton, Denpasar. Tari Janger merupakan pengembangan dari tari Sang Hyang yang bersifat sakral dan hanya ditampilkan pada saat-saat tertentu. Sedangkan lagu Janger awalnya merupakan seni tembang atau lagu/nyanyian para petani kopi yang dinyanyikan secara bergantian atau bersahut-sahutan, sebagai bentuk aktivitas para pekerja yang menghibur diri karena lelah bekerja. Liriknya mengandung nilai-nilai kehidupan dan kebersamaan sosial masyarakat Bali. Kemudian seiring berjalannya waktu, lagu Janger menggambarkan suka cita para remaja putra & putri di Bali, suasana pedesaan Bali, kecantikan seorang putri Bali, serta rasa gembira, optimisme dan mengajak penonton/pendengar untuk menari dan melupakan kesedihan, yang dalam Bahasa Bali disebut Mejangeran. Pada tahun 1960-an tari & lagu Janger mulai populer dan dipentaskan di berbagai kegiatan. Sejak 1970, hingga 10 tahun lamanya, tari & lagu Janger telah diajarkan di berbagai daerah di Bali. Janger dibawakan secara berkelompok oleh 10 orang penari secara berpasang-pasangan. Lalu Janger pun menjadi ajang perkenalan para teruna (pemuda) dan teruni (pemudi) antara satu desa dengan desa lainnya. Karena hal inilah, Janger dapat disebut sebagai tari & lagu pergaulan. Kata Janger juga dapat diterjemahkan sebagai keranjingan yang merujuk pada makna jatuh cinta. Pada masa-masa awal kemunculannya, tari & lagu Janger digunakan oleh kaum tertentu seperti kaum elit/terhormat dalam acara-acara sakral. Akan tetapi, fungsi dari Janger ini mengalami pergeseran, seiring dengan perkembangan tari & lagu Janger. Karena populer, pemerintah daerah Bali pun turut ambil peran dalam mempopulerkan tari & lagu Janger sebagai pembuka pada berbagai macam kegiatan pemerintahan. Contohnya seperti Pemilu (Pemilihan Umum), kampanye kesehatan untuk warga lansia (lanjut usia), memperkenalkan atau sosialisasi program KB (Keluarga Berencana), hingga kampanye anti narkoba.

Sebagai iringan tari, lagu ini juga berfungsi memeriahkan suasana dan menghibur penonton yang sudah berkenan hadir. Dan benar saja, fungsi tersebut berjalan dengan sangat baik, karena ketika lagu Janger dibawakan oleh salah satu pembawa acara, yakni Afdhal Artha, A.Md.Sn. dengan iringan musik yang pada bagian tengah hingga akhir merupakan aransemen dari ADB (Alam Dewata Band), seketika para teman jelajah hafal lirik dan kompak mengangkat tangan serta menggetarkan jari-jemarinya layaknya penari Kecak. Mereka berkaraoke secara massal, penonton hanyut dalam suasana kegembiraan dan langit mendungpun kembali cerah seakan ikut terhibur. 

Usai bernyanyi, untuk menghilangkan rasa penasaran, Afdhalpun ingin mengetahui lebih jauh mengenai lagu Janger, khususnya versi Alam Dewata Band. Secara spontan Afdhal kemudian memanggil salah satu penari Kecak yang sedang bersiap untuk tampil. Adalah I Wayan Agus Sumarjaya, atau biasa disapa Yan Agus, Ia merupakan pendiri ADB dan salah satu penyanyi lagu Janger tersebut. 

Yan Agus mengatakan, di tengah maraknya lagu-lagu barat ataupun K-Pop (Korean Pop), kita sebagai generasi muda harus tetap bangga menyanyikan lagu Indonesia, khususnya lagu daerah atau folklore, karena lagu daerah adalah warisan leluhur yang adi luhung (sangat berharga). “Karena saya orang Bali, meskipun lahir di luar Bali, saya dan teman-teman seperjuangan di ADB berupaya melestarikan seni budaya tradisional ini dengan cara menyanyikan kembali lagu-lagu Bali, tentunya dengan aransemen nuansa musik kekinian, agar dapat menjangkau penikmat musik di masa kini, seperti Generasi Y (Millenial), Z maupun Alpha. Agar mereka mengetahui sejarah, bahwa pernah ada karya-karya fenomenal di masa lalu” ujarnya. Yan Agus menambahkan, perlu diketahui pula oleh para generasi penerus, bahwa lagu Janger itu lebih populer di luar Bali, utamanya di luar negeri karena sering dinyanyikan oleh berbagai tim paduan suara (choir) Indonesia pada kejuaraan-kejuaraan paduan suara internasional. Bahkan tim-tim paduan suara Indonesia tersebut diantaranya berhasil meraih Juara 1 mengalahkan tim paduan suara terbaik dari negara lain. 

Sekretaris Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Kampung Bali Bekasi tersebut mengatakan, lagu Janger diaransemen dengan gaya bermusik ADB, dimana ADB adalah grup band yang mengakulturasi atau menggabungkan unsur musik modern (diatonis) dengan unsur musik etnik/tradisional Bali (pentatonis), sehingga ADB, selain memiliki singkatan Alam Dewata Band, juga berakronim Acculturation of Diatonic & Balinese-pentatonic. Kami mengaransemennya di Mabes AD (Markas Besar Alam Dewata), tepatnya di ruang tamu rumah saya di Kampung Bali Bekasi dan kemudian merekam, mixing dan mastering , hingga pembuatan video klipnya di Metronome Music Studio, Kebon Nanas, Jakarta Timur.

Pria asal Abianjero, Karangasem tersebut menambahkan,  “Lagu Janger versi ADB ini merupakan medley atau gabungan lagu dari 3 nyanyian rakyat (folklore) Bali, yakni Ratu Anom, Don Dapdape dan Janger, ketiga judul lagu tersebut kami singkat menjadi Tu Doger, yang selengkapnya bisa didengar di mini album atau EP (Extended Play) ke-2 ADB bertajuk Alam Dewata yang telah rilis tahun 2019 lalu”. Teman jelajah bisa mendengarkan secara online di platform musik digital seperti Spotify, Apple Music, YouTube Music, Amazon Music, Deezer, JOOX, SoundCloud, Shazam, NetEase Cloud Music, Hungama Music, dll. Sedangkan video klipnya dapat disaksikan di Youtube Alam Dewata Broadcaster, dimana saat itu ADB sedang mengikuti lomba video Nescafe Musik Nation 2016. Formasi ADB saat itu yakni I Kadek Aditya Jaya Kusuma/ Adit (Drummer), I Putu Yogaswara/ Yoga (Bassist), I Gede Bhayu Wismaya/ Bhayu (Lead Guitarist), I Wayan Pradnya Prastita/ Pradnya (Rhythm Guitarist & Vocalist 1), I Wayan Agus Sumarjaya/ Yan Agus (Vocalist 2), Santhi Dewantari Iswara (Vocalist 3), I Wayan Januarsa/ Jon (Gangsa Pemade Polos 1), I Putu Mahardika Putra/ Putra (Gangsa Pemade Sangsih), I Gede Genta Martha Prenawa/ Genta (Gangsa Pemade Polos 2), I Kadek Arya Gita Swara/ Arya (Gangsa Lima/ Jublag 1), I Made Surya Pratama Wibawa/ Surya (Gangsa Lima/ Jublag 2) & I Gede Aryadi Dharma/ Aryadi (Ceng-ceng Ricik) serta Additional Player (Seniman senior sebagai penabuh tamu) yakni I Komang Rena pada Suling. Yan Agus juga mengucapkan terima kasih kepada Afdhal, TMII, Anjungan Bali dan Banhub Pemprov Bali serta Pak Agung Panji yang membuat lagu Janger versi ADB ini bisa didengar oleh para teman jelajah, bahkan ikut bernyanyi dan menari bersama. “Ini suatu kehormatan dan kebanggaan bagi saya, mewakili ADB serta personil ADB yang ikut menari Kecak disini yakni Pande Lebih, Genta, Surya, Aryadi dan Yoga. Tentu itu membangkitkan semangat kami, agar bisa berkarya lebih baik lagi kedepannya” tutupnya.

Sebagai informasi, ADB, band asal Kampung Bali Bekasi yang lahir di Pura Agung Tirta Bhuana Bekasi pada 7 Maret 2004 lalu, sebelumnya telah bekerja sama sebanyak 2 kali dengan pihak TMII, Anjungan Bali dan Banhub Pemprov Bali. Pertama, pada 13 November 2022 lalu, PT. Taman Wisata Candi & TMII, bersama Sarinah mempersembahkan acara “Senja di Sarinah” dengan menampilkan tim kesenian Anjungan Daerah Sumatera Selatan & Bali. Saat itu, acara juga dibuka untuk umum dan gratis. Kedua, pada 17 Desember 2022, ADB menghibur teman jelajah di Promenade, Danau Archipelago, TMII. 

Selain itu, ADB pernah 3 kali meraih penghargaan Parade Lagu Daerah Tingkat Nasional “Gita Permata Nusantara” mewakili Provinsi Bali, yang berlangsung di Sasono Langen Budoyo, TMII. Pertama, Desember 2004, saat itu ADB membawakan lagu Ogoh-Ogoh karya Okid kres dan Yan Bero. Pencipta lagu Ogoh-Ogoh tersebut meraih penghargaan sebagai Pencipta Lagu Favorit. Salah satu jurinya saat itu ialah Trie Utami. Kedua, pada 6 Desember 2015, ADB membawakan lagu Sang Hyang Dedari. Saat itu ADB bersaing dengan 19 Provinsi lainnya, dan memenangkan 4 penghargaan sekaligus, yakni Pencipta Lagu Unggulan, Penyanyi Unggulan, Penata Musik Unggulan & Penyaji Unggulan. Juri saat itu adalah Bens Leo, Gilang Ramadhan, Dian H.P., I Gusti Raka Danu & Sigit Budiarjo. Ketiga, Minggu, 10 Desember 2017, ADB membawakan lagu Indonesia Shanti (Indonesia Damai). Lirik dan lagunya kembali dibuat oleh duet Gung Panji & Pradnya. Diikuti 18 Provinsi, Bali saat itu mendapat penghargaan "Penyaji Unggulan". 

Untuk diketahui, pertunjukan Tari Kecak ini telah rutin dipentaskan di TMII setiap hari Sabtu sore pada akhir bulan. Pertunjukan ini sudah berlangsung selama lebih dari 1 tahun dan selalu dipadati pengunjung. Judul Tari Kecak yang ditampilkan pun bervariasi seperti Geseng Alengka, Gugurnya Rahwana, Satyaning Jatayu, Subali Antaka (Gugurnya Subali), dll. Selain di Jawa Dwipa Amphitheater, Danau Archipelago, Anjungan Jawa Barat, Tari Kecak ini sempat dipentaskan di Plaza Kori Agung Museum Indonesia TMII. Teman Jelajah dapat menyaksikannya secara gratis, cukup membeli tiket masuk TMII saja. 

Berita Terpopuler
Berita Lainnya
Selasa, 09 April 2024
Senin, 23 Oktober 2023
Senin, 23 Oktober 2023
Senin, 02 Oktober 2023
Jumat, 29 September 2023
Rabu, 20 September 2023
Senin, 04 September 2023
Kamis, 17 Agustus 2023
Jumat, 11 Agustus 2023
Rabu, 28 Juni 2023
Sabtu, 24 Juni 2023
Kamis, 09 Maret 2023