Selasa, 19 April 2011 21:07:35
Stop Ekspor Batu Bara
Stop Ekspor Batu Bara
Beritabatavia.com - Berita tentang Stop Ekspor Batu Bara
Herman Daniel, anggota Dewan Energi Nasional (DEN) mendesak pemerintah mulai kini hingga sebelum 2030 harus menghentikan ekspor batu bara, secara ...
Ist.
Beritabatavia.com -
Herman Daniel, anggota Dewan Energi Nasional (DEN) mendesak pemerintah mulai kini hingga sebelum 2030 harus menghentikan ekspor batu bara, secara bertahap. Langkah ini untuk lebih memperkuat ketahanan pasokan energi nasional. Sekaligus, Indonesia akan terhindar dari kebutuhan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN)
Sungguh ironis jika kita bangun PLTN dengan segala risikonya, tetapi kita masih mengekspor batu bara dan gas dengan biaya murah. Padahal, kebutuhan PLTN dapat dihindari dengan menghentikan dan jika perlu impor batu bara dan gas, papar Herman pada diskusi Perlukah PLTN Dibangun Di Indonesia?, di kampus UI Depok, Selasa (19/4).
Saat ini, lanjut Herman, sekitar 250 juta ton batu bara diproduksi setiap tahun. Sebagian besar produksinya dijual ke luar negeri. Bila tindakan ini tidak diantisipasi, cadangan energi nasional bisa habis. Sehingga akan muncul pembangkit nuklir.
Disarankan pemerintah lebih fokus memproduksi batu bara untuk kebutuhan dalam negeri. Sehingga stok energi nasional masih aman hingga 2050. Sebuah kesalahan besar, jika ekspor batu bara terus digenjot hanya untuk memenuhi pembiayaan APBN.
Padahal pembiayaan APBN bisa dicukup dari sumber ekonomi lainnya, bukan hanya mengandalkan produksi tambang batu bara saja. Apalagi saat ini, batu bara semakin dibutuhkan dalam negeri dengan jumlah yang terus meningkat grafik permintaannya, kata Herman.
Herman menilai energi PLTN memang lebih ekonomis, sebab mengkonversikan energi nuklir menjadi energi listrik dengan menggunakan bahan bakar yang sangat ringan, yakni untuk 1.000 MW membutuhkan 10 ton uranium per tahun, setara 3 juta ton batu bara atau 2 juta kilo liter BBM. Juga, energi yang dihasilkan PLTN lebih bersih karena tidak ada pembakaran sehingga tidak menghasilkan emisi karbon.
Namun biaya investasi pembangunan PLTN tergolong mahal karena setiap 1.000 MW membutuhkan dana sekitar US$4-US$6 miliar. Artinya, biaya untuk 1.000 MW PLTN dapat digunakan membangun 3.000-4.000 MW pembangkit berbahan bakar batu bara, ungkapnya.
Selain itu, risiko kecelakaan PLTN sangat besar sehingga perlu kajian kelayakan yang komprehensif. Keputusan terakhir go or not, PLTN itu bukan domain scientist lagi, tetapi politikus karena dampak ekonomi politis yang sangat besar, sambungnya. o end