Minggu, 10 Oktober 2010 10:33:49

DUKA WASIOR

DUKA WASIOR

Beritabatavia.com - Berita tentang DUKA WASIOR

Kota kecil bernama Wasior di Kabupaten Wandoma, Papua Barat luluh lantak dihantam banjir bandang, Senin (4/10). Sungai Batang Salai yang membelah ...

DUKA WASIOR Ist.
Beritabatavia.com - Kota kecil bernama Wasior di Kabupaten Wandoma, Papua Barat luluh lantak dihantam banjir bandang, Senin (4/10). Sungai Batang Salai yang membelah kota ini meluap, karena tak mampu menampung air hujan yang mengguyur kota ini sejak Minggu hingga Senin dini hari. Sepertinya, tak banyak dari kita yang mengenal nama kota ini. Bahkan, jangan-jangan kita baru mengenal namanya sekarang, saat musibah itu datang.

Iya, kota permai yang telah luluklantak ini, tampil dalam duka di layar-layar TV, di koran-koran, situs-situs berita, bahkan dalam obrolan dan kicauan dijejaring sosial. Konon demikian katanya, bahwa musibah datang terkadang memang untuk mengingatkan kita. Sedikitnya kita bisa menjadi hirau dan awas. Bahwa, ada sebuah tempat bernama Wasior, sebuah kota nun jauh di Papua Barat, yang juga bagian dari kita. Indonesia !!!

Dalam sebuah acara di televisi swasta nasional, penyiar perempuan televisi ini memberi catatan, Di daerah yang hutannya yang masih cukup lebat seperti Wasior ini saja tak mampu menampung debit air dari curah hujan yang begitu deras ini, bagaimana dengan Jakarta? Catatan ini, saya sampaikan dalam diskusi dengan beberapa kawan di redaksi kami. Ada jawaban penting yang mencuat,  bahwa di Papua sejak tahun 2005, telah terjadi 250 kali gempa di atas 5 SR. Bisa jadi, gemertak gerakan di dalam perut bumi ini, yang tak terlalu   kita hiraukan karena itu nun jauh di sana, bukan di tempat kita yang ramai,  adalah bagian yang terhubung.

Risau. Setidaknya rasa itu mencuat. Bahwa, zona nyaman itu terkadang bisa berubah. Dia tak selalu benar dan persis. Dan, bisa jadi dalam waktu sekelebatan ia akan tersapu.  Dan, yakinlah, bahwa angka-angka statistik kemudian bisa tak terlalu penting lagi, jikalau kitalah yang menjadi angka itu. Kitalah korban itu. Tentu, tak ada lagi perdebatan dan kicauan kita di jejaring sosial. Atau liputan dengan seduh-sedan yang mengundang haru. Dan, pastilah, tak sempat lagi kita menuding pada siapa yang harus bertanggungjawab atas musibah itu. Karena pada saat itu kita adalah angka-angka korban yang ada di kantung-kantung yang tengah dihitung.

Agaknya, pada musibah semestinya kita harus belajar. Dengan setiap kisah dan dukanya. Karena, terkadang kita tak pernah tahu kapan dan pada siapa ia datang. Bahwa, di detik ini, di saat kita masih dapat berkata-kata, menulis, atau berteriak, sesungguhnya masih ada kesempatan kita untuk saling menjaga dan mengingatkan. Kita memiliki kewajiban untuk berbagi atas apa saja yang dapat diberikan. Kita bisa membagi pengetahuan, informasi, tenaga, atau apa saja yang mungkin selama ini kita simpan rapat-rapat.  Bisa jadi, apa yang kita miliki itu sangatlah bermanfaat untuk orang banyak. Bukankah dengan berbuat kita dapat menghalau risau?

Mungkin dalam risau yang ada, kini adalah saatnya kita untuk keluar dari persembunyian zona nyaman kita dengan berbuat sesuatu. Dalam konteks inilah agaknya pada urusan bencana, semestinya kita menempatkan diri menjadi bagian selaku pemangku kepentingan.  Dan, dalam setiap musibah dan bencana yang ada kita dapat kembali mengurut kebersamaan di antara kita yang kita sebut Indonesia. Memperkuat kembali kohesi sosial kita yang mulai getas dan makin penat didesak kepentingan. Menyusun kembali fondasi kebersamaan kita yang kian tergerus oleh prasangka yang acap tanpa sadar kita menjadi penyokongnya atau sedikitnya kita membiarkannya terus berkecamuk dalam ruang-ruang gelap di tiap-tiap kepala kita.

Saling menyalahkan atau menudingkan tangan sembari memalingkan muka mungkin adalah cara yang paling mudah untuk kita lakukan. Namun, seniscayanya cara-cara serupa ini merupakan langkah mundur. Dengan ini, kita akan kehilangan kesempatan untuk terlibat dan menjadi bagian atas ikhtiar berbagi pelajaran dari setiap bencana dan musibah yang datang.
Dan, pada saatnya kita akan kerap tergopoh-gopoh, mencari tahu dengan cemas saat musibah itu datang. Atau, kita adalah orang  kesekian yang menyadari bahwa ada kota di Papua Barat, di Republik ini yang bernama Wasior.  Kalau demikian, jangan sesali jika kelak kita adalah bagian  dari angka-angka statistik yang dihitung sebagai korban dalam kantung-kantung yang dibariskan! Nauzubillah. Semoga kita dilindungi dari setiap lalai yang mencemaskan ini.  0 Dadang RHS





Berita Terpopuler
Berita Lainnya
Jumat, 29 April 2022
Selasa, 01 Maret 2022
Minggu, 30 Januari 2022
Jumat, 28 Januari 2022
Selasa, 02 November 2021
Rabu, 25 Agustus 2021
Jumat, 23 Juli 2021
Rabu, 16 Juni 2021
Jumat, 07 Mei 2021
Kamis, 11 Maret 2021
Selasa, 12 Januari 2021
Jumat, 11 Desember 2020