Rabu, 15 Desember 2010 19:02:37

Siapa Kita Hari Ini... ?

Siapa Kita Hari Ini... ?

Beritabatavia.com - Berita tentang Siapa Kita Hari Ini... ?

Identitas tidak untuk selamanya, bisa berubah dan dibangun sepanjang kurun waktu selama hayat seseorang. Demikian Amin Maalouf menulis dalam ...

Siapa Kita Hari Ini... ? Ist.
Beritabatavia.com - Identitas tidak untuk selamanya, bisa berubah dan dibangun sepanjang kurun waktu selama hayat seseorang. Demikian Amin Maalouf menulis dalam In the Name of Identity (2004).
Siapa kita hari ini? Apa identitas yang kita sandang? Sebuah identitas yang melekat bagi warga Indonesia tertera di Kartu Tanda Penduduk Republik Indonesia. Dalam pandangan Benedict Anderson (1999), kita  adalah komunitas yang terbayangkan, ...bangsa: ia adalah komunitas politis dan dibayangkan sebagai suatu yang bersifat terbatas secara inheren sekaligus berkedaulatan.

Identitas  ke-Indonesiaan kita akan terus. Kita adalah orang-perorang, pribadi-pribadi, dan kita juga adalah anggota dari sebuah kelompok, puak, marga, etnis, suku,  agama, warga, dan sekaligus bangsa yang meniti bersama dalam ke-Indonesiaan. Bisa jadi pada rentang tertentu,  kita pada hakikatnya manusia-manusia, adalah anak semua bangsa. Identitas adalah proses saling. Ia membentuk dan terbentuk, ia membentur dan terbentur. Ia terus akan menjadi.

Dalam tulisannya, Amin Maalouf, menyebut kata identitas sebagai musuh dalam selimut.  Bahkan, dalam teks yang lain ia menyebut identitas sebagai hewan buas. Maalouf menulis, Kita semua mengira kita paham apa makna kata itu dan terus mempercayainya, bahkan ketika dengan culasnya ia mulai berucap dengan yang sebaliknya. Penulis Perancis kelahiran Lebanon ini ingin mengatakan bahwa kata identitas bermuka banyak  dan ia memiliki cacat bawaan. Ia bisa menjadi alat klaim yang mematikan.

Lantas, hari ini, sedang di ujung jalan manakah kita dalam menapaki proses menjadi Indonesia? Di zaman yang paradoks ini. Di antara benderangnya mall-mall yang menyilaukan dan gulitanya desa-desa pelosok. Siapa kita hari ini? Warga Negara Republik, kawula Yogyakarta, arek Surabaya, anak Medan, wong Palembang, urang Sunda, nyong Ambon, puak Melayu, seorang Muslim, Nasrani, Budhis, orang Hindu atau kita adalah warga dunia:  anak semua bangsa? Atau, kita adalah buruh, prajurit, pegawai negeri, guru, karyawan kontrak, TKW, pejabat negara, seniman pekerja seni, atau pengangguran? Dan, dalam satu titik kemudian kemana kita akan pergi dan kembali? Akankah identitas kita akan menyelamatkan kita atau ia akan mencabik-cabik kita?

Bung Karno, pernah menyebut pernyataan Ernest Renan dan Otto Bauer tentang, hasrat hidup bersama dan rasa senasib sepenanggungan sebagai alas bersama kita dalam Indonesia. Dan, Bapak Bangsa kita ini mencatatkan ide mulia pendiri India tentang nasionalisme, Mahatma Gandhi, bahwa kebangsaan Indonesia bersandar pada humanisme, pada manusia dan kemanusian.

Kesebelasan Tim Nasional Indonesia mengalahkan Malaysia 5-1.  Harian Kompas menulis dengan judul: Terima kasih Merah Putih.  Siapa kita saat menyaksikan kemenangan itu? Siapakah Christian Gonzalez, pencetak gol pertama bagi Timnas Indonesia ini?  Siapakah Susi Susanti dan Alan Budi Kusuma saat mereka menyumbang emas bagi Indonesia dalam Olimpiade Barcelona, 1992? Siapakah Ramang sang  legenda Sepakbola Indonesia itu? Siapakah Daniel Sahuleka, penyanyi Belanda asal Ambon kelahiran Semarang itu? Apa bedanya, ia di mata kita, dengan Franky Sahilatua yang sesama penyanyi dan nyong Ambon ini? Bagaimana dengan WS Rendra? Atau, Taufik Ismail urang awak yang Pekalongan? Siapa pula penyanyi Anggun C. Sasmi yang kini berkewarganegaraan Perancis itu? Juga, siapakah Iwan Fals, yang bernama lahir Virgiawan Listanto, bagi komunitas Orang Indonesia?

Di tempat kami bekerja, ada nama Purwatmojo, ada Soeyanto, ada Iwan Sumule, ada Basroni Kiran, ada Anwar Sadat, juga Sangap Surbakti, Erick Ridzky, Wisnu Agung Prasetya, M. Syakir, dan M. Defta. Kolega saya ini ada yang berasal dari Yogya, Lampung, Toraja, Bugis, Sunda. Yang bisa dipastikan ialah bahwa mereka ber-KTP Indonesia. Termasuk Anwar Sadat, ia bukanlah dari Mesir, ia orang Bugis yang menamatkan pendidikan tingginya di Universitas Gajah Mada Yogyakarta sedikit-sedikit ia bisa coro djowo.

Karena identitas yang menempel pada nama, dalam banyak percakapan, saya kerap diajak berbahasa Sunda. Ketika, saya bilang bahwa saya bukanlah orang Sunda, ada yang kaget, tapi ada juga yang biasa-biasa saja. Nama saya yang sangat Sunda ini, terkadang, menjadi berguna sebagai obrolan pembuka.  Di sinilah saya hari ini. Dalam perjalanan panjang menjadi Indonesia. Terus bergerak menapaki realitas.

Indonesia, bagi saya,  adalah tempat pergi dan pulang. Ia rumah yang  akan terus dijaga dan terjaga. Tak perlu terlalu gunda, jika rumah ini,  terkadang sesak oleh pendapat. Perbedaan bisa menjadi rahmat. Tentu, bila kita terus mau belajar dan membuka diri. Kecuali, setiap hal mau dijadikan soal. Lantas, setiap kata  menjadi provokasi, dan ia menjadi genderang yang terus ditabuh bertalu-talu. Janganlah pula, berterus-terus bersorak dari tepian soal, sembari menunggu durian runtuh. Toh, pada musimnya durian akan menyentuh bumi, tak usah di desak, tak usah dipaksa, karena hasilnya tak akan senikmat yang runtuh karena memang tiba saatnya.

Biarlah setiap pergumulan berjalan dalam dialektikanya. Setidaknya dalam setiap pilihan dan langkah akan ada kesaksian. Bahwa, dalam setiap kurun, tiap-tiap jejak akan tercatat. Indonesia tanah airku/ Tanah tumpah darahku/ Di sanalah aku berdiri... Di Sinabung di Tanah Karo, di Wasior di Tanah Papua (Bung Karno menyebutnya Irian Jaya, kependekan dari Ikut Republik Indonesia Anti-Nederland), di Kepulauan Mentawai di Sumatera Barat, dan di Merapi di Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jadi siapakah kita? Masihkah kita memiliki hasrat hidup bersama? Adakah tersisa rasa senasib sepenaggungan itu? Atau kita sedang berada di tepian identitas? Mudah-mudahan kelak kita masih memegang identitas: Kartu Tanda Penduduk Republik Indonesia! Jangan sampai, seperti kata pepatah, karena tak pandai menari lantai pula yang disalahkan." 0 Dadang RHs











Berita Terpopuler
Berita Lainnya
Jumat, 29 April 2022
Selasa, 01 Maret 2022
Minggu, 30 Januari 2022
Jumat, 28 Januari 2022
Selasa, 02 November 2021
Rabu, 25 Agustus 2021
Jumat, 23 Juli 2021
Rabu, 16 Juni 2021
Jumat, 07 Mei 2021
Kamis, 11 Maret 2021
Selasa, 12 Januari 2021
Jumat, 11 Desember 2020