Senin, 14 Mei 2018 10:52:53
Butuh Presiden Rambo
Butuh Presiden Rambo
Beritabatavia.com - Berita tentang Butuh Presiden Rambo
Kita bukan Rambo, Superman atau Bionic Woman dan kawan-kawannya atau tokoh pewayangan seperti Gatotkaca, Arjuna, Srikandi dan sahabat-sahabat mereka ...
Ist.
Beritabatavia.com -
Kita bukan Rambo, Superman atau Bionic Woman dan kawan-kawannya atau tokoh pewayangan seperti Gatotkaca, Arjuna, Srikandi dan sahabat-sahabat mereka lainnya, yang tidak pernah takut menghadapi lawan meskipun menggunakan golok,senjata api bahkan granat atau bahan peledak sekalipun.
Keberanian yang kita saksikan itu hanya ada dilayar kaca atau layar lebar. Tentu perlu diluruskan, apabila kita merasa bisa atau dapat berubah seperti Rambo dan kawan-kawan dengan menyatakan Kami Tidak Takut Terorisme. Apakah kita memiliki urat kawat dan tulang baja atau menyimpan nyawa cadangan ?
Kondisi mencekam, menakutkan akibat peledakan bom dan aksi para tahanan teroris di Mako Brimob, bukan sekadar kita berani atau tidak. Tetapi, substansinya adalah dimana peran Negara dan aparatnya.
Dalam alinea ke empat pembukaan (preambule) UU Dasar 1945 sebagai landasan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia dinyatakan, membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Agar niat baik dan mulia itu dapat terwujud,UU Dasar 1945 juga memberikan kewenangan kepada Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan. Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memiliki kewenangan menyatakan perang , membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain. Lebih tegas lagi UUD 1945 memberikan kewenangan kepada Presiden menyatakan keadaan bahaya. Dengan memenuhi syarat kondisi bahaya ditetapkan dengan undang-undang.
Faktanya, sejumlah peristiwa memicu rasa takut, cemas, ngeri, khawatir, gaduh dan panik telah melanda seluruh penghuni negeri ini. Aksi ratusan tahanan teroris di Rutan Mako Brimob menelan korban jiwa aparat terbaik Polri. Disusul pengeboman di tiga tempat ibadah di Surabaya, Jawa Timur yang juga menelan korban jiwa. Dan kita tidak mengetahui, dimana dan kapan lagi bomber-bomber tiu akan menggelar aksi jahatnya.
Semua peristiwa itu telah memporakporandakan rasa aman dan nyaman, bahkan potensi mengancam kesatuan dan persatuan bangsa dalam bingkai NKRI. Apakah kondisi ini belum membahayakan ?
Respon masyarakat luas terbaca dan terlihat diberbagai media sosial maupun media massa baik cetak,online maupun televisi dan radio. Sikap dan pandangan seluruh rakyat Indonesia sangat jelas bahwa aksi-aksi bomber-bomber itu sangat tidak berprikemanusiaan, diluar batas akal sehat dan mengerikan serta tidak beradab. Bahkan sudah tiba pada kondisi yang membahayakan kelangsungan kehidupan bangsa dan Negara.
Hingga klimaksnya, masyarakat hanya pasrah dengan menyatakan Kami hanya butuh sedikit rasa aman dan nyaman untuk melaksanakan aktivitas . Puncak kemarahan masyarakat berujung pada sikap pasrah, bingung serta putus asa karena dilanda ketakutan dari ancaman bomber-bomber yang hingga saat ini belum tuntas.
Apakah Yang Mulia Presiden sudah mendapatkan potret atau rekaman kondisi masyarakat yang dilanda kepanikan dan ketakutan itu. Presiden yang terhormat, masyarakat menunggu pernyataanmu yang menetapkan kondisi saat ini sudah dalam bahaya. Jangan tunggu lagi hingga korban terus berjatuhan, masyarakat sudah letih, dan tak membutuhkan kehadiranmu secara pisyik.Tetapi menunggu sikap tegas dan heroikmu seperti Rambo, Suparman atau Gatotkaca yang disenangi kaum muda saat ini.
Masyarakat tidak ingin negeri ini porak-poranda. Segeralah menggunakan kewenanganmu sebagai Presiden dengan menyatakan kondisi bangsa dan Negara dalam bahaya. Ketegasan Presiden, akan membongkar sikap ego lembaga sekaligus membangun kebersamaan menyatukan sikap dan kekuatan bersama masyarakat untuk menumpas tuntas para bomber-bomber pembawa maut itu. O Edison Siahaan