Beritabatavia.com -
Sejarah perjalanan kepolisian diwarnai perilaku buruk oknum yang menyisakan beragam pengalaman memilukan bagi sebagian masyarakat. Ada yang terluka perasaannya, diperas,dianiaya dan dijalimi hingga korban tindakan sewenang-wenang oknum Polisi.Pameo 'lapor kambing hilang,malah sapi ikut hilang'serta pengalaman pahit lainnya menjadi api kekesalan yang belum padam. Kisah dan pengalaman buruk itu terpatri hingga menimbulkan antipati terhadap Polisi.
Peristiwa buruk itu terjadi di era Polisi masih banyak yang berorientasi duniawi dan hedonisme, menjadikan pangkat dan jabatan sebagai simbol wewenang kekuasaan. Saat Polisi masih banyak jadi pencari pendapatan tetapi tak mampu memberi pendapat.Polisi yang banyak tentengan tetapi tak mampu mengatasi tantangan. Polisi yang berupaya mencari tempat basah tanpa peduli warganya yang basah karena air mata. Polisi yang memiliki semboyan 'Wani Piro Oleh Piro' (WPOP). Perilaku buruk di era Polisi kuno itu menjadi peristiwa pahit yang membuat citra kepolisian tercabik.
Padahal, sejatinya Polisi adalah kumpulan orang-orang baik yang terpanggil jiwanya untuk menjaga kehidupan. Polisi yang bukan sekadar bekerja untuk mencari nafkah.Sebab Polisi terlahir dan dibentuk oleh lembaga pendidikan kepolisian yang wajib menjalankan tugasnya memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) serta melindungi,melayani dan mengayomi masyarakat. Sekaligus sebagai aparat penegak hukum.
Era modren dibutuhkan Polisi modren yang prediktif,responsibilitas dan transparansi berkeadilan (Presisi). Tentu membangun dan mewujudkan Polisi modren membutuhkan pemimpin dari tingkat bawah hingga paling tinggi yang memiliki integritas, kompetensi dan konsisten melakukan revolusi mental. Pimpinan yang piawai membangun administrasi, operasional dan capacity building agar Polisi memiliki kemampuan dan pengetahuan serta ketrampilan (skill) dan sikap (attitude) maupun perilaku (behaviour)semakin membaik. Pemimpin yang mampu membangun Polisi modren untuk dapat beradaptasi dengan perubahan. Pemimpin yang mampu melakukan perbaikan citra serta meningkatkan kinerja yang lebih profesional.
Pemimpin Polisi modren yang melakukan penegakan hukum dengan cerdas. Serta memiliki mindset dan tetap setia pada culture 'Polri Abdi Utama nusa dan Bangsa' (Rastra Sewakottama). Mendidik Polisi excellent untuk mengangkat harkat dan martabat manusia. Memastikan kehadiran Polisi akan memberi rasa aman bagi masyarakat. Polisi yang tidak kemana-mana tetapi ada dimana-mana.
Pemimpin Polisi modren yang menjadi ikon penjaga kehidupan dan pembangun peradaban serta pejuang kemanusiaan. Pemimpin Polisi modren yang menjadi jembatan serta mitra sekaligus sahabat menyenangkan yang membawa manfaat. Pemimpin Polisi modren yang selalu menggunakan Otak,Otot dan Hati Nurani (O2H)untuk menggerakkan indra menjadi proaktif.Polisi modren menjadi problem solving yang mengutamakan pencegahan serta pembangunan kesadaran hukum masyarakatnya.
Bukan pemimpin Polisi modren karena alat dan atributnya semata. Tetapi Polisi modren dengan paradigma yang mengutamakan pencegahan (preventif). Polisi modren yang aktif bukan reaktif, Polisi modren yang mendatangi bukan didatangi.Polisi modren yang berorientasi pada terwujudnya kamtibmas dan kepentingan publik,tanpa peduli ras dan status sosialnya.
Kendati Polisi modren tidak semata tentang penegakan hukum. Tetapi Pemimpin Polisi modren harus bisa memastikan bahwa masyarakat percaya kehebatan dan kemampuan Polisi memelihara Kamtibmas, benar adanya.Namun bukan dengan cara mempertontonkan kegiatan pemeriksaan persenjataan modren yang dimiliki.
Pemimpin Polisi modren bukan sosok yang bekerja dalam sunyi (silent work) tetapi kaget saat peristiwa. Tetapi, sosok yang berkarakter dan berintegritas serta piawai dalam memelihara Kamtibmas. Berani dan tegas,namun kaya inovasi dan kreasi serta mampu melakukan hal-hal yang out of box atau yang tidak biasa. Kemudian mampu dan cerdas mengorganisir seluruh personil dan memberikan motivasi serta menumbuhkan semangat. Kemudian menyatukan derap langkah seluruh jajaran dan memastikan Polisi selalu hadir dan ada saat dibutuhkan masyarakat.
Berdasarkan data empiris, sosok pemimpin sangat menentukan terwujudnya Kamtibmas yang kondusif. Sebab rasa aman dan nyaman masyarakat tidak semata karena potensi ancaman menurun atau lantaran kehebatan Polisi mengungkap kasus kejahatan. Atau karena ketegasan dan keberanian Polisi memberangus kelompok-kelompok anarkis dan gerombolan penagih hutang yang meresahkan.
Tetapi karena kepercayaan publik terhadap sosok pemimpin yang selalu berupaya berada ditengah masyarakat untuk mengetahui dan merasakan kesulitan yang dialami warganya. Pemimpin yang dipercaya akan mengimplementasikan keinginan masyarakatnya. Serta mendapat respon positif dari masyarakat dengan ikut serta memelihara Kamtibmas dilingkungannya.
Kecemasan dan kekhawatiran masyarakat akan surut ditengah pemimpin Polri yang dinilai cerdas dan berkarakter serta piawai membuat keputusan secara cepat, akurat dan selalu menjadi solusi efektif. Kehadiran pemimpin yang memberikan perhatian dan menjadi problem solving akan menumbuhkan rasa aman dan nyaman serta harapan bagi masyarakatnya.
0 Edison Siahaan