Beritabatavia.com -
Memang, tidak ada satupun negara yang memiliki solusi tunggal melawan virus corona atau covid-19. Tetapi tidak boleh ada satupun negara yang masyarakatnya jadi korban akibat kebijakan yang tidak efektif.
Pandemi virus corona berdampak pada sikap dan perilaku serta tata cara sosial masyarakat. Serta kehidupan sosial dan merantai aktivitas masyarakat. Menghentikan roda perekonomian yang memicu krisis global. Tetapi diatas semua itu, dunia berduka karena ratusan ribu nyawa manusia melayang akibat tertular virus covid-19.
Bahkan di Indonesia, berdasarkan catatan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, wabah virus covid-19 telah tersebar di 418 kota/kabupaten di 34 wilayah provinsi. Dengan jumlah total yang terkonfirmasi positif covid-19 di seluruh tanah air hingga Rabu 3 Juni 2020, sebanyak 28.233 orang dari jumlah tersebut 7.539 orang berada di wilayah DKI Jakarta. Sedangkan jumlah total yang meninggal 1.698 orang dan 529 orang terjadi di wilayah DKI Jakarta. Sementara tiga bulan kerja keras dan perjuangan pemerintah bersama masyarakat untuk memutus rantai penyebaran dan penularan virus covid-19, telah memberikan dampak tetapi belum signifikan.
Mencermati up date informasi covid-19 setiap hari yang mengalami peningkatan, membuat kita berada dalam situasi dan kondisi darurat kesehatan. Tentu, dibutuhkan upaya dan tindakan yang lebih ekstra dengan full power berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah.
Sampai saat ini, belum ada ahli yang mampu melakukan recovery kematian. Maka, setiap kebijakan pemimpin dari level terendah hingga Presiden, hendaknya memperioritaskan keselamatan jiwa seluruh rakyat Indonesia. Barulah kemudian disusul dengan kebijakan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dan pemulihan sosial.
Begitu juga rencana penerapan new normal atau tatanan sosial baru ditengah pandemi virus corona. Serta kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang tetap berlaku di wilayah DKI hingga 18 Juni 2020.
Hendaknya, kebijakan yang berdasarkan demi keselamatan jiwa yang telah melalui kajian dan penelitian para ahli epidemologi dan ahli kesehatan masyarakat. Bukan semata berdasarkan keinginan sekelompok atau kepentingan bisnis saja.
Kebijakan dan tindakan akan menentukan perjalanan bangsa ke depan. Tidak kecuali pada situasi darurat, akan menjadi catatan sejarah bangsa. Seperti yang dilakukan pemerintah negara Vietnam menekan angka kematian akibat wabah virus covid-19. Pemerintah Vietnam melakukan lock down total yang menghentikan seluruh kegiatan dan aktivitas. Kecuali untuk kegiatan memenuhi kebutuhan pokok atau sembako. Setelah memastikan virus covid-19 tidak lagi ada, barulah Vietnam melakukan new normal secara bertahap.
Konsep rencana new normal di tengah pandemi covid-19, hendaknya tidak hanya indah di atas kertas tetapi juga jangan menabrak realitas dilapangan, apalagi keluar dari koridor hukum yang berlaku. Agar tidak memicu prasangka new normal hanya upaya untuk menghindar dari kewajiban apabila tetap memberlakukan PSBB apalagi lock down.
Pada situasi darurat seperti pandemi covid-19 dibutuhkan keberanian dan kemurnian hati dan fikiran serta keberpihakan pada keselamatan manusia. Generasi kemudian akan membaca sejarah tentang kebijakan yang tidak berorientasi pada keselamatan jiwa manusia.
Sejarah juga akan mencatat kebijakan yang sangat penuh cinta dan menjunjung tinggi serta memperioritaskan upaya keselamatan kehidupan manusia. Kecerdasan akan menghadirkan kebijakan dan tindakan yang efektif. O Edison Siahaan
Ist.
