Senin, 06 Juli 2015 09:19:42
Pelayanan Publik = Cermin Sikap Penakut & Pengecut
Pelayanan Publik = Cermin Sikap Penakut & Pengecut
Beritabatavia.com - Berita tentang Pelayanan Publik = Cermin Sikap Penakut & Pengecut
Konsumen yang seharusnya menjadi raja karena mendapat pelayanan, belum sepenuhnya terwujud. Sebaliknya posisi konsumen masih sangat lemah dan tidak ...
Ist.
Beritabatavia.com -
Konsumen yang seharusnya menjadi raja karena mendapat pelayanan, belum sepenuhnya terwujud. Sebaliknya posisi konsumen masih sangat lemah dan tidak jarang berubah posisi menjadi korban. Keberadaan Undang-undang No 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, belum berada pada posisi yang semestinya.
Tidak jauh berbeda dengan pelayanan publik. Tatkala untung semua berebut ingin mendapatkan yang terdahulu, yang terbanyak bahkan cermin ketamakan muncul dalam perilaku-perilaku pelayanan publik. Namun tatkala ada masalah saling lempar tanggungjawab, saling menyalahkan tanpa solusi.
Semua dibangun manual, parsial, konvensional agar banyak peluang-peluang yang bisa dijadikan ladang KKN. Kelompok-kelompok mafia bagai pahlawan berusaha menguasai dan nampak bagai tokoh yang memuakkan. Para mafia ini kroni-kroni dan klik-klik yang dibangun dalam hubungan-hubungan kekerabatan dengan pendekatan-pendekatan personal. Mafia-mafia ini seakan paling mumpuni di bidangnya.
Tatkala ada masalah, entah secara alamiah maupun di design langsung saja pelayanan kocar kacir, dan para mafia sibuk mencari pembenar dan kambing hitam, lagi-lagi rakyat diterlantarkan. Diputar balikkan entah mau kemana, informasi sepotong-sepotong, saling menuding dan saling menyalahkan.
Waktu jadi sangat tidak berharga, menjadi sia-sia terbuang semua. Para mafia menghilang dalam kerumunan dan lagi-lagi sikap pengecut dan penakutnya dimunculkan. Dibiarkanya masalah selesai dengan sendirinya. Kejadian-kejadian pelayanan yang buruk bukan sekali dua kali namun beribu kali bahkan menjadi pemandangan sehari hari. Ditambah lagi bila ada masalah kontijensi makin kacau dan tak karu-karuan berebut pembenaran dan sibuk menabur kesalahan-kesalahan.
Pelayanan publik tatkala masih manual, parsial, konvensional tanpa sistem back up yang kuat maka akan menjadi lahan subur para mafia menguasai sumber daya. Mafia-mafia ini akan melakukan apa saja yang penting kelompoknya, menang dan senang. Apapun cara dilakukan entah dengan membagi, bargaining win-win solution, memaksakan, mengancam bahkan bisa saja dengan mematikan. Pelayanan prima hanya cerita dan angan-angan dan bahan dongeng tipu-tipu belaka untuk supervisi atau seremonial saja. O Kombes DR CDL