Beritabatavia.com -
Kegaduhan Pemilu menuai keperihatinan mendalam. Ratusan petugas penyelenggara Pemilu meninggal dunia, ditambah korban jiwa dalam aksi yang berujung rusuh pada 21-22 Mei. Hingga berbuntut penangkapan dan penahanan sejumlah tokoh serta jenderal purnawirawan atas tuduhan makar maupun tindak pidana lainnya. Deretan peristiwa itu menjadi potret perjalanan bangsa Indonesia sepanjang satu tahun terakhir hingga memasuki pertengahan 2019.
Pesta rakyat untuk memilih pemimpin seharusnya berlangsung meriah dan sukacita, bukan untuk memicu pertengkaran, permusuhan. Apalagi sampai menelan korban jiwa. Sayangnya, pesta berbiaya besar itu tak sesuai harapan. Justru pesta rakyat telah merenggut cinta kasih antara sesama. Akibatnya, menimbulkan kegaduhan membuat kehidupan sosial warga negara terbelah.
Tanpa cinta, perlombaan menjadi hiruk pikuk, riuh, semarak bahkan gaduh, fitnah, saling jegal, tuding menuding hingga serang menyerang. Ambisi untuk memenuhi keinginanpun terkadang dilakukan dengan perilaku aneh dan lucu, bahkan kejam.
Hendaknya, sebagai warga negara yang berharap lebih baik, menjadikan peristiwa yang terjadi sebagai pelajaran. Karena, pengalaman adalah guru terbaik, agar tidak melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.
Memang, hidup dan kehidupan sangat dinamis, dan terus bergulir seperti drama yang tidak ada ujungnya. Mungkin beberapa diantara kita pernah merasakan atau sedang menjalani fase kehidupan yang berat dan menyakitkan. Sehingga menganggap kehidupan ini adalah hukuman berat. Tetapi, sebagai warga bangsa harus kembali merajut hubungan kebersamaan yang penuh cinta kasih.
Kehidupan yang diikat dengan rasa cinta dan kasih sayang akan lebih indah dan saling menghormati sehingga terwujud kerukunan, kedamaian di muka bumi ini. Cinta tak boleh pergi dari kehidupan, walaupun waktu dan kondisinya berganti. Cinta selalu setia menjaga,memelihara bahkan menghapus air mata. Cinta tak pernah menuntut kemenangan agar berupaya untuk saling mengalahkan.
Kita semua berharap, bulan suci Ramadhan yang penuh berkah ini melahirkan cinta yang dapat mengajarkan kebaikan, kejujuran, ketulusan terhadap diri sendiri, maupun sesama.
Dipenghujung Ramadhan ini, akan tiba hari kemenangan Idul Fitri yang penuh dengan cinta meskipun sempat ditinggalkan, dilupakan. Tetapi jangan malu untuk meminta maaf. Ucapan maaf yang penuh cinta, akan meruntuhkan prasangka menjadi sesuatu yang lebih bersahaja.
Idul Fitri yang penuh cinta, hendaknya kita gunakan membasuh hati dan fikiran yang pernah diselimuti kekejaman, ketegaan maupun permusuhan. Idul Fitri momentum yang tepat mendidik dan menumbuhkan fikiran serta sikap maupun tindakan untuk selalu berorientasi kepada kepentingan bangsa.
Idul Fitri hendaknya berfungsi sebagai tali pengikat persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa Indonesia yang majemuk. Idul Fitri kita gunakan untuk merajut keberagaman menjadi derap langkah yang sama bergerak mengerahkan seluruh potensi membangun kehidupan bersama agar tetap utuh dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Semoga, Idul Fitri membawa Bangsa Indonesia kembali pada akar budaya yang sesungguhnya. Serta menuntun kita ke jalan yang benar, setelah melewati beragam peristiwa yang diwarnai suka cita dan nestapa.
Akhirnya, izinkan kami seluruh awak redaksi www.beritabatavia.com dan keluarga besar Indonesia Traffic Watch (ITW) mengucapkan Selamat Idul Fitri 1440 H, Minal Aidin Wal-Faizin, mohon maaf lahir dan bathin. Salam 0 Edison Siahaan