Beritabatavia.com -
Mengapa demikian ? Karena berkaitan dengan membahas produktifitas sebagai kekuatan atau energi bagi masyarakat untuk dapat bertahan hidup tumbuh dan berkembang. Energi tersebut dihasilkan dari aktifitas. Aktifitas tersebut melalui atau dengan berlalu lintas. Di sinilah lalu lintas dikatakan sebagai urat nadi kehidupan. Lalu lintas yang mendukung produktifitas dibutuhkan lalu lintas yang aman selamat tertib dan lancar ( road safety).
Road safety atau lalu lintas yang aman selamat tertib dan lancar (Kamseltibcar) ditata atau dimanage untuk : 1. Kebutuhan 2. Kapasitas 3. Prioritas 4. Kecepatan 5. Emergency.
Program manajemen tersebut di atas semestinya dijadikan landasan atau acuan untuk mengambil kebijakan dalam rangka mewujudkan dan memelihara lalu lintas yang aman selamat tertib dan lancar ( road safety ). Penanganan road safety semestinya memiliki grand design yang bersinergi antar pilar pemangku kepentingan dari road safety management, safer road, safer vehicle, safer road users dan post crash care.
Di era digital revolusi industri 4.0 pola penanganannya semestinya berbasis data berbasis IT sehingga terbangun big data dan one gate service.
Karena pola penanganan yang manual parsial konvensional dapat dipastikan tidak solutif dan membuat tujuan road safety sulit tercapai. Ini sama seperti program pengobatan dengan balsem yang hanya reaktif sesaat. Bahkan dimungkinkan membuka peluang penyimpangan-penyimpangan baru.
Puluhan tahun kebijakan 3 in 1 tanpa energi apapun untuk pencegahan perbaikan peningkatan pelayanan publik maupun pembangunan.
Yang menjadi aneh bin ajaib diulang kembali dalam kebijakan ganjil genap yang sifatnya sementara atau temporer malahan akan diperluas. Ini sama saja denguan mengulang dengan beda nama dengan 3 in 1. Apa yang ada semestinya sudah dapat digeser menjadi ERP atau program-program prioritas lain berbasis IT yang menghasilkan energi. Dampak penerapan ganjil genap yang ada menurut hemat kami dikaji secara fair tidak perlu dilakukan untuk hasil yang bersifat pseudo atau sebatas superfisial atau abs.
Semestinya jika kebijakan yang visioner yang mampu memberikan pelayanan prima berani mendeclare sebagai inisiatif anti korupsi dan reformasi birokrasi semestinya mendukung program-program IT for Road safety :
1. TMC ( traffic management centre) untuk mendukung Road safety management
2. SSC ( safety and security centre ) untuk mendukung safer road
3. Eri ( electronic registrattion and identification) untuk mendukung safer vehicle
4. Sdc ( safety driving centre ) untuk mendukung safer road users
5. Intan ( intellegence traffic analysis ) untuk mendukung post crash care.
Dari program-program tersebut dapat dibangun traffic attitude record dan de merit point system. Program-program di atas merupakan back office aplication dan net work untuk membangun program big data dan one gate service yang prima ( cepat tepat akurat transparan akuntabel informatif dan mudah diakses).
Dengan demikian pemerintah dapat membangun:
1. Erp ( electronic road pricing )
2. E parking
3. ETC ( elwctronic toll colecting)
4. E banking atau e payment
5. E samsat
6. Etle ( electronic traffic law enforcement)
Hal tersebut jelas akan dapat menjawab manajemen : kebutuhan, kapasitas, prioritas, kecepatan dan emergency. Yang mampu menunjukkan terbangunya big data onegate service sehinga kebijakan penanganan lalu lintas sebagai urat nadi kehidupan akan juga menunjukkan peradaban dan refleksi tingkat modernitas yang proaktif problem solving. Tentu saja mampu membangun budaya tertib penanganan dan pelayanan secara profesional dan modern.
Semua akan terkontrol terintegrasi terkoneksi dan menghasilkan produk untuk memprediksi mengantisipasi dan langkah-langkah solusinya dengan berbasis data dalam info grafis maupun info statis yang on time dan real time. O Brigjen DR. Chrysnanda DL