Beritabatavia.com -
Sejumlah orang tua berusia 70 tahun lebih, mengaku sangat prihatin akibat penyebaran wabah virus corona atau covid-19. Bahkan beberapa diantara orang tua mengaku, ini pertama dalam sejarah mengalami kepanikan, kecemasan dan kekhawatir yang luar biasa.
Selain belum ada obat khusus, kesiapan pemerintah menghadapi virus corona yang sudah mendunia itu turut melemahkan denyut jantung. Seperti tidak ada lagi solusi selain sosial distancing, cuci tangan, komsumsi makanan bergizi dan imbauan lainnya. Diluar itu, masyarakat hanya bisa pasrah dan ber doa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yang Esa pencipta langit dan bumi serta isinya.
Tidak ada yang salah atas imbauan pemerintah tersebut. Namun, masyarakat perlu kepastian hasil atas upaya yang dilakukan pemerintah. Masyarakat juga meminta pemerintah lebih transparan memberikan informasi maupun pengakuan atas semua keterbatasan. Wabah virus corona atau covid-19 adalah tanggungjawab semua elemen bangsa. Pemerintah jangan menjaga jarak dengan berpura-pura mampu padahal sedang sekarat. Rakyat dan pemerintah adalah pewaris tunggal untuk memajukan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tetapi, mengapa sejak awal virus corona atau covid-19 merebak di negeri ini, justru pemerintah kerap berbeda pandang. Sering menimbulkan prokontra dan kegaduhan serta kebisingan. Kemudian membuat kebijakan-kebijakan yang tak jelas ujung pangkalnya terkesan seperti sedang galau, gagap dan gugup.
Publik berupaya mencari jawaban, mengapa pemerintah seperti tak berdaya dan hanya mengimbau agar mengkomsumsi minuman jahe, cuci tangan, stay at home. Tetapi minim tindakan yang langsung ke jantung virus corona agar tak berubah menjadi teror menakutkan dan meminta tumbal nyawa warga negara setiap hari.
Akhirnya, publik paham atas ketidaksiapan pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia menghadapi virus corona. Kita belum memiliki daya selain imbauan dan doa untuk melawan virus corona. Kendati pemerintah terus berupaya, tetapi tak mampu menahan jumlah korban yang terus berjatuhan, lagi kita hanya pasrah dan berdoa.
Sikap pasrah itu memang sebanding dengan kondisi pemerintah, seperti yang diungkapkan Profesor Wiku Bakti Adisasmito, ketua tim pakar Gugus Tugas Percepatan penanganan Covid-19 yang dibentuk Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Seperti yang diungkapkan dalam acara blak-blakan yang dipandu Alexander Sudrajat beberapa waktu lalu. Prof Wiku Bakti Adisasmito menjelaskan penanganan virus corona atau covid-19 harus melalui pendekatan one health yang mengintegerasikan berbagai sektor untuk bekerja bersama. Sementara diawal terbentuknya Gugus Tugas, sekat-sekat sektoral itu masih sangat terasa kental.
Pemerintah belum memiliki satu data kesehatan maupun data lain yang akurat sehingga dapat digunakan dengan efektif. Ditambah lagi data kata yang masih sangat saling berbeda, sehingga menuai penafsiran dan persepsi yang berwarna.
Sehingga data tentang siapa yang terjangkit dan meninggal serta bagaimana pencegahan penyebaran virus corona masih dilakukan secara manual. Artinya, tracing dan analisanya masih dilakukan secara manual. Sementara perkembangan dan penyebaran virus corona berlangsung dengan cara cepat.
Bahkan hampir dipastikan tim medis tidak akan mampu menangani ledakan pasien virus corona. Ditambah lagi infrastruktur kesehatan atau rumah sakit yang belum maksimal. Maka penangangan wabah virus harus dengan pendekatan kesehatan masyarakat.
Terungkap juga, ternyata rapid test dilakukan untuk screnning bukan diagnosis. Sebab kemampuan laboratorium belum mampu memenuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat untuk melakukan test. Rapid test hanya upaya untuk memberikan rasa tenang bagi masyarakat karena merasa sudah menjalani rapid test, meskipun harus diperiksa tujuh hari kemudian untuk memastikan apakah terjangkit virus corona.
Maka adalah wajar, publik panik dan banyak pihak seperti badan kesehatan dunia WHO dan lembaga internasional lainnya mendesak agar pemerintah pusat Indonesia meningkatkan koordinasinya dengan pemerintah daerah. Bahkan Amnesty Internasional Indonesia secara khusus meminta pemerintah lebih proaktif menjelaskan penyebaran dan penanganan covid-19 dengan tidak mengabaikan hak pasien. Ditengah keterbatasan dan ketidakmampuan, seluruh elemen bangsa tidak boleh membiarkan virus corona merenggut nyawa warga Indonesia. Meskipun memahami keterbatasan yang kita miliki, tetapi harus terus berupay mencegah dan memutus rantai penyebaran virus corona dengan cara stay at home dan Doa. O Edison Siahaan