Beritabatavia.com -
Luar biasa, ditengah wabah virus corona atau covid-19, kita tiba pada waktu dan tempat yang sama yaitu Idul Fitri 1441 Hijriah. Suasana untuk mencurahkan kata maaf bersamaan dengan rasa suka cita tanpa amarah dan kesumat.
Dalam dekapan Idul Fitri ucapan kata maaf membuat perbedaan menjadi penuh warna. Meluluhlantakkan semua penghalang yang sempat menjadi sekat dan batas atau garis pemisah.
Begitulah Idul Fitri. Atau biasa disebut dengan Hari Raya Lebaran. Sebuah hari membuat semuanya terasa menjadi lebar dan suci. Karena makna Idul Fitri adalah membuat kita untuk memulai lembaran baru.
Semuanya dipenuhi dengan maaf yang terucap. Kendati banyak cara kita dalam memandangnya. Tetapi, cara memohon maaf agaknya semua kita hampir sama. Tidak sekadar kata atau ucapan sebagai potret sesuatu yang telah membuat risau.
Maaf adalah niat untuk memperbaiki keadaan. Sebuah langkah ke depan dalam tulusnya niat untuk meninggalkan kelam dan nestapa. Sebuah itikad yang tegas untuk menghalau prasangka dan beragam tipu daya.
Idul Fitri, bisa sangat personal. Namun, pada batas lain, bisa berarti sangat universal bahkan sosial. Seperti saat melihat orang mudik yang berjejal-jejal berebut tempat di kereta ataupun bus.Tentu dengan beragam pola dan cara, yang terkadang dalam pandangan personal terasa tampak begitu egois.Karena seakan hanya ada satu tujuan untuk semata-mata memuaskan hasrat personal.
Namun, di batas yang sama mereka sesungguhnya dengan segenap hati ingin segera tiba untuk bersama sanak keluarga dan kerabatnya merayakan hari kemenangan sekaligus berbagi rejeki, di kampung halaman.
Atau saat mata melihat drama dilayar kaca televisi atau membaca kabarnya di media massa. Kemudian membuat pandangan personal diwarnai prasangka yang menuai beragam pertanyaan, mengapa ada orang yang membagikan zakat dengan cara seolah-olah seperti pamer. Bahkan kita menganggap betapa anehnya, ada yang ingin berbagi dengan cara menyakiti yang dibagi. Apa tak ada cara lain yang lebih beradab ? Tetapi, bisa saja pandangan personal kita yang salah. Karena, kita tak bisa menembus kondisi batin si pemberi dan penerima zakat.
Dimensi pandangan tentu tak sesederhana prasangka kita. Seperti dalam tayangan televisi yang mempertontonkan lautan orang, penerima zakat atau sedekah yang berdesak-desakan ini. Karena, sering juga terlihat senyum yang ikhlas dari mereka. bahkan dalam saling himpit ini sesekali tampak senda-gurau dari kerabat-kerabat kita ini.
Mungkin inilah yang dimaksud dengan lebaran itu. Tempat di mana prasangka menjadi patah oleh sesuatu yang lebih bersahaja. Bahwa, terkadang kita yang melihat peristiwa, dengan jarak yang terlalu jauh tak mampu melihat nuansa dengan detil yang lebih khidmat.
Semoga, tiap-tiap suka cita dan duka dalam beragam peristiwa membawa kita kembali pada akar sosial kita. Atas semua itu dengan segenap kerendahan hati, kami seluruh awak redaksi www.beritabatavia.com dan keluarga besar Indonesia Traffic Watch mengucapkan Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1441 H, Minal Aidin wal-Faizin, mohon maaf lahir dan batin. 0 Edison Siahaan