Beritabatavia.com -
Surat yang dilayangkan Kapolri Jenderal Idham Azis kepada Presiden Joko Widodo untuk memberitahukan dirinya akan memasuki masa pensiun sekaligus permohonan penunjukan penggantinya, bukan surat biasa. Ada pesan mendalam yang ingin disampaikan Kapolri Jenderal Idham Azis dibalik suratnya kepada Presiden. Bahkan surat ini dinilai lebih penting meskipun Kapolri Jenderal Idham Azis mengirimkan surat serupa kepada Presiden Joko Widodo pada enam atau tiga bulan lalu.
Surat yang terkesan biasa tetapi menuai respon dan tanya yang beragam. Seperti diungkapkan Kadivhumas Polri Irjen Raden Prabowo Argo Yuwono, Kapolri Jenderal Idham Azis mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo hanya menyampaikan bahwa dirinya akan memasuki masa pensiun 1 Februari 2021. Serta memohon agar segera menunjuk penggantinya,tanpa mengajukan atau merekomundasi nama perwira tinggi Polri yang akan menggantikannya, ada apa ? Apalagi surat itu dikirimkan Kapolri, sehari sebelum pelaksanaan serah terima jabatan Kepala Badan Narkotika Nasional dan Kapolda Banten yang digelar pada Selasa 5 Januari 2021.
Pasca terungkapnya surat Kapolri kepada Presiden, beredar komentar dan penilaian maupun persepsi beragam dari berbagai pihak. Sebagian pihak menilai surat yang dikirimkan Jenderal Idham adalah wujud dari sikap kesatria yang dimilikinya. Sekaligus untuk mencontohkan kepemimpinan yang memiliki komitmen yang tinggi serta mengajarkan kepada juniornya apabila menjadi pemimpin harus tetap konsisten membangun kredibilitas.
Sesuatu yang jarang terjadi, seorang yang sedang berada pada posisi jabatan paling tinggi melaporkan akan pensiun kepada Presiden dan meminta agar penggantinya segera di proses. Surat Jenderal Idham Azis adalah sebagai bentuk pilihan untuk menjelaskan bahwa dirinya bukan sosok pencari jabatan, sehingga tidak berupaya mempertahankan jabatannya apabila sudah sampai masa waktunya.
Tetapi tidak sedikit masyarakat yang berbeda penilaian dengan menyebut surat yang dikirimkan Kapolri Jenderal Idham Azis kepada Presiden Joko Widodo adalah potret kekesalan. Jenderal Idham Azis ingin mengeksplotasi ketidak setujuannya dalam bentuk surat terkait dugaan adanya kebijakan dan kewenangan yang sudah mulai didasari atas kepentingan perorangan maupun kelompok. Serta bentuk protes dan penolakan atas upaya pihak-pihak lain yang diduga melakukan praktik- praktik untuk mencampuri kewenangan Polri dengan cara mempengaruhi kekuasaan.
Surat yang dikirimkan Jenderal Idham Azis juga disebut sebagai pesan atau isyarat atas keinginan segera lepas dari kondisi yang sudah kurang kondusif. Sehingga memilih cara dengan segera menyerahkan segala kewenangan Kapolri kepada penggantinya yang telah ditunjuk oleh Presiden. Jenderal Idham Azis dinilai bukan letih menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai Kapolri, tetapi gelisah dan lelah harus terus menghindari gangguan dari pihak-pihak yang berupaya mempengaruhi kebijakan pemerintah demi kepentingan dirinya maupun kelompoknya.
Apakah sebenarnya yang terjadi dibalik sepucuk surat Kapolri Jenderal Idham Azis ?
0 Edison Siahaan