Senin, 02 Mei 2011 09:47:05
Sang Ahli Tak Berdaya
Sang Ahli Tak Berdaya
Beritabatavia.com - Berita tentang Sang Ahli Tak Berdaya
Sekitar empat tahun lalu nama Fauzi Bowo mendadak melambung dengan slogan kampanyenya bertajuk ‘Serahkan Pada Ahlinya’ saat Pilkada ...
Ist.
Beritabatavia.com -
Sekitar empat tahun lalu nama Fauzi Bowo mendadak melambung dengan slogan kampanyenya bertajuk ‘Serahkan Pada Ahlinya’ saat Pilkada Gubernur DKI Jakarta 2007 silam. Slogan itulah yang membawa pasangan Fauzi Bowo-Prijanto menduduki kursi Gubernur DKI Jakarta (DKI-1).
Saat itu, warga Jakarta percaya dan berharap Fauzi Bowo mampu menyelesaikan permasalahan yang melilit ibukota Jakarta. Selain ahli bidang perencanaan kota lulusan Jerman dengan gelar DR, Ing. Fauzi Bowo, juga sudah berpengalaman dengan masa kerja 30 tahun di Pemprov DKI. Apalagi, Fauzi Bowo didukung partai besar, sehingga mudah mengalahkan pesaingnya Komjen purnawirawan Adang Daradjatun.
Kemenangan Fauzi Bowo disambut warga Jakarta dengan kegembiraan yang diwarnai harapan bahwa kota Jakarta akan menjadi lebih baik dan dapat memberikan kenyamanan,keamanan bagi masyarakat. Bahkan, masyarakat sudah membayangkan akan menjadi warga kota yang modren dengan infrastruktur yang memadai serta tertata rapi, karena dipimpin seorang ahli.
Hari berganti, bulan bertukar, tahun pun berlalu kota Jakarta masih tetap dilanda masalah. Harapan masyarakat berbalik menjadi kecewa, melihat ahlinya tak dapat berbuat apa apa alias tak berdaya.
Karena tak berbeda, masyarakat masih tetap terancam banjir, bahkan kian merata. Warga Jakarta tetap stres, setiap hari terjebak kemacetan yang kian menjadi-jadi. Infrastruktur transportasi nyaris tak bertambah, lahan terbuka hijau justru kian sempit. Rasa aman dan nyaman warga Jakarta nyaris sirna. Pengangguran, kemiskinan, tak teratasi, warga tetap menjerit jika berhadapan dengan masalah kesehatan dan pendidikan. Berbagai masalah di Jakarta bukannya terobati, justru semakin rumit.
Kekecewaan warga semakin menjadi, karena Fauzi Bowo bukanlah orang baru yang tentu sudah tahu tindakan yang harus dilakukan, saat memimpin Jakarta. Namun, warga Jakarta tetap tersiksa, karena kemacetan yang kian parah. Nyaris tak ada kebijakan Fauzi Bowo yang bisa mengubah Jakarta menjadi kota metropolitan yang sebanding dengan kota-kota di negara lain.
Berbagai upaya, seperti pembatasan kendaraan belum juga dijalankan. Rencana menjadikan Sudirman-Thamrin sebagai jalan berbayar, penerapan sistem pelat nomor ganjil-genap, pelarangan sepeda motor masuk jalan protokol, atau perluasan kawasan three-in-one barulah dalam tahap pembicaraan. Bahkan, kondisi sepanjang jalan protokol Thamrin hingga saat ini masih membahayakan bagi kendaraan khususnya jenis sedan. Karena, kondisi permukaan jalan tidak rata.
Tak ada gebrakan Fauzi Bowo yang berarti, justru pria yang kerap disapa Foke itu mirip seperti ‘macan ompong’ atau ahli yang tak berdaya. Upaya mengatasi banjir juga kurang berhasil. Proyek Kanal Banjir Timur (KBT) yang sudah selesai akhir tahun lalu, hanya bisa mengurangi banir untuk wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Timur. Tetapi, banjir hanya bergeser dan meluas di daerah Jakarta Selatan. Sehingga, wilayah Jakarta Selatan seperti aka tenggelam jika banjir menyapa.
Kini dan kedepan warga mulai sadar bahwa Jakarta tidak membutuhkan pemimpin yang hanya sekadar ahli. Tetapi, harus berani , tegas melaksanakan program yang telah direncanakan dan tentu siap mengambil resiko atas kebijakannya demi kepentingan masyarakat banyak.
Namun, dengan waktu yang tersisa, warga Jakarta masih berharap Fauzi Bowo bisa membuktikan bahwa dirinya bukan seorang pemimpin yang hanya sekadar paham dan mengetahui permasalahan Jakarta. Tetapi, Fauzi Bowo bisa menunjukan bahwa ia mampu mengatasinya. 0 edison siahaan